Ayah, Ibu dan Guru/ Kyai: Lebih Utama Mana?

Menjawab pertanyaan teman teman mengenai siapa yang lebih wajib dimuliakan? Ibu, ayah, atau guru?

Semua ada konteksnya. Ketika Rasulullaah ﷺ menyebut "ibumu, ibumu, ibumu," baru kemudian "ayahmu", itu Beliau ﷺ sedang menjawab pertanyan sahabat:

من احق الناس بحسن صحبتي؟
 "Siapa yang paling berhak aku temani dengan baik?" [1]

Ya, memang jasa Ibu kepada anak lebih besar, sehingga ibu harus diperlakukan dengan sangat baik dan lembut. Ibu harus didahulukan dalam bakti anak. Sedangkan dalam konteks memuliakan, maka Ayah lebih dimuliakan. 

Dalam fikih aturan perbedaan ini jelas sekali. Pada bab nafkah, ketika ayah dan ibu sama sama miskin, sedangkan anak hanya mampu menafkahi satu orang, maka anak wajib menafkahi ibu saja, bukan ayah. 

Sedangkan pada bab zakat fitrah, ketika ayah dan ibu sama sama miskin, sedangkan anak hanya mampu menanggung zakat fitrah satu orang, maka harus membayar zakat atas nama ayah, bukan ibu. 

Alasan fikihnya, ibu adalah pihak yang lemah lebih butuh diberi nafkah, sedangkan ayah lebih mulia bagi anak, sehingga harus diutamakan dalam zakat fitrah. [2]

Begitu pula dalam konteks penghormatan dan cinta, Rasulullah ﷺ harus lebih dicintai oleh ummat Islam dari pada kedua orang tua [3], dan ayah spritual (guru, kyai) lebih berhak dimuliakan dari pada ayah ibu biologis [4].

Lamongan, 15 Oktober 2025
Najih Ibn Abdil Hameed.

[1] Hadits Bukhari no. 5971, Fath albaari, 10/403
[2] Nawawi Al Bantani, Kasyifat assaja, 439
[3] Lihat QS Attaubah:24
[4] Talim almutaallim


0 Komentar