Tarekat Syaikhuna KH Maemun Zubair

Pesantren Sarang sejak zaman dahulu dikenal sebagai pesantren salaf yang menjadi basis tafaqquh fiddin, mendalami ilmu agama. Banyak alumni Pesantren Sarang menjadi ulama berpengaruh, seperti halnya kebanyakan Muassis Nahdlatul Ulama (Kiai Ma’shum Ahmad, Kiai Baidlowi Lasem, Kiai Bisri Syansuri, Kiai Ridwan Mujahid, Kiai Khalil Masyhuri, dan Kiai Zuhdi Pekalongan dll.). Mereka semua adalah murid Kiai Umar ibn Harun dan Kiai Syuaib ibn Abdurrozak yang merupakan pengasuh Pesantren Sarang pada generasi kedua.

Salah satu kunci keberhasilan Masyayikh Sarang dalam mendidik para santri adalah istiqomahnya dalam mengajar. Sesibuk apapun mereka, pasti masalah mulang ngaji menjadi prioritas utama. Setiap bakda maktubah, menjadi masa terindah dalam mulang ngaji, ditambah waktu yang lainnya. Karena pentingnya masalah mulang ngaji ini, maka Syaikhuna Maimoen pernah berkata, “Tarekatku itu Naqsabandi, tapi wiridanku itu mulang ngaji.” Dalam kesempatan lain, beliau ngendiko, “Tarekatku iku mulang ngaji.” Hal ini yang ditiru oleh putra-putranya, salah satunya adalah Syaikhuna Muhammad Najih yang waktunya hampir semuanya dicurahkan untuk mulang ngaji. Beliau berpesan, “Jika ada orang bertanya tentang terekat kita (santri Sarang), maka jawablah, tarekat kita adalah ngaji kitab Fathal Qarib dan Fathal Mu’in.” Intinya adalah bertafaqquh fiddin menjadi prioritas utama santri Sarang.

Meskipun Pesantren Sarang dikenal dengan ngajinya, bukan berarti tidak mempunyai amalan tarekat. Sanad terekatnya bersambung dengan ulama-ulama yang menjadi nibras pada zamannya, salah satunya adalah Syaikhuna Maimoen Zubair yang menjadi mursyid beberapa tarekat, seperti Syattariyah, Idrisiyah, dan Naqsabandiyah. 

Mbah Moen dibaiat tarekat Syathariyah dan dipakaian baju kebesaran guru mursyid (khirqah) dari Kiai Baidlowi al-Lasemi yang merupakan mursyid Tarekat Syathariyah yang mewarisi kemursyidan dari ayahnya, Kiai Abdul Aziz yang merupakan murid Kiai Syahid al-Hajini (guru Kiai Sholeh Darat al-Samarani) dan Kiai Murtadha yang sanad keilmuanya bersambung dengan Syaikh Mutamakkin al-Hajini, yang (menurut sebagian pendapat) merupakan murid Syaikh Abdurrauf as-Singkeli, Penghulu  Tarekat Syattariyah di Nusantara. 

Adapun kemursyidan tarekat Idrisiyah, Mbah Moen mendapatkan dari Sayyid Muhammad Alawi al-Maliki. Sedangkan tarekat Naqsabandiyah-nya, beliau dapatkan dari Syaikh Dr. Muhammad Dhiyauddin al-Kurdi. Berikut adalah sanad tarekatnya :

“Syaikhuna Maimoen Zubair meriwayatkan dari Syaikh Dr. Muhammad Dhiyauddin al-Kurdi meriwayatkan dari Syaikh Abdurrahman Najmuddin meriwayatkan dari Syaikh Najmuddin meriwayatkan dari Syaikh Salamah al-Uzami meriwayatkan dari Syaikh Muhammad Amin al-Kurdi meriwayatkan dari Syaikh Umar meriwayatkan dari Syaikh Usman meriwayatkan dari Syaikh Dhiyauddin al-Kurdi meriwayatkan dari Syaikh Abdullah al-Dahlawi meriwayatkan dari Syaikh Syamsyuddin Habibullah Jan Janani al-Mudzhar meriwayatkan dari Sayyid Nur Muhammad al-Bandawani meriwayatkan dari Syaikh Saifuddin meriwayatkan dari Syaikh Muhammad al-Ma’shum meriwayatkan dari Syaikh Ahmad al-Faruqi meriwayatkan dari Syaikh Muhammad al-Baqi meriwayatkan dari Maulana Khawajaki al-Samarkandi meriwayatkan dari Maulana Darwis Muhammad meriwayatkan dari  Maulana Muhammad al-Zahid meriwayatkan dari Syaikh Abdullah al-Samarkandi meriwayatkan dari Maulana Ya’qub al-Jarkhi meriwayatkan dari Syaikh Muhammad al-Bukhari meriwayatkan dari Syaikh Bahaudin Muhammad al-Uwaisi al-Bukhari meriwayatkan dari Sayyid Amir Kulal meriwayatkan dari Syaikh Muhammad Baba al-Samasi meriwayatkan dari  Syaikh ‘Azizan Khawajah Ali al-Ramitani meriwayatkan dari Syaikh Mahmud al-Injir Faghnawi meriwayatkan dari Syaikh ‘Arif al-Riwakri meriwayatkan dari Syaikh Abdul Khalik al-Ghajdawani meriwayatkan dari Syaikh Yusuf al-Hamdani meriwayatkan dari Syaikh Abi Ali al-Farmadi meriwayatkan dari Syaikh Abil Hasan al-Kharqani meriwayatkan dari Syaikh Abi Yazid al-Bisthami meriwayatkan dari al-Imam Ja’far bin Shadiq meriwayatkan dari Qosim bin Muhammad bin Abi Bakar meriwayatkan dari Salman al-Farisi meriwayatkan dari  Abu Bakar ash-Shiddiq meriwayatkan dari Rasulullah Saw.”

TAREKAT SYAIKHUNA

0 Komentar