Imam Syafi'i ra. berkata:
"Perkara yang baru dan menyalahi al-Qur'an, sunnah, ijma dan atsar adalah bid ah dhalalah (sesat). Namun suatu hal yang pada dasarnya baik, maka hal itu terpuji."
Imam Izzuddin bin Abdussalam, Imam Nawaw'i, dan Imam Ibnu Atsir mengklasifikasikan bid ah seperti keterangan di atas.
Dalam peringatan maulid dibacakan kisah tentang kelahiran dan sejarah kehidupan Nabi Saw.
Dalam al-Qur'an Allah berfirman:
وَكُلّٗا نَّقُصُّ عَلَيۡكَ مِنۡ أَنۢبَآءِ ٱلرُّسُلِ مَا نُثَبِّتُ بِهِ فُؤَادَكَۚ
“Dan semua kisah dari para Rasulkami ceritakan padamu ymgdengantiyakamiteguJTkanl-iatimu. "(QS. Hud: 120)
Jelaslah, bahwa hikmah mengetengahkan kisah-kisah para Rasul adalah pemantapan qolbu Nabi Saw, yang mulia. Maka sudah pasti kita pun bertujuan untuk memantapkan hati kita dengan mendengarkan sejarah kehidupan beliau.
Syaikhul Islam bi baladillah al-haram, Maulana wa Ustadzuna al-Arifbi Rabbihi al-Mannan, as-Sayyid Ahmad bin Zaini Dahlan dalam kitabnya as-Sirah an-Nabawiyyah, telah menjelaskan panjang lebar tentang masalah ini.
Beliau menyatakan, bahwa sudah menjadi adat kebiasaan bila orang-orang mendengar peristiwa kelahiran Nabi Saw, merekapun berdiri menghormati beliau. Berdiri semacam ini disebut mustahsan (dianggap baik oleh ulama). Sebab yang demikian itu merupakan bentuk penghormatan terhadap kemuliaan martabat Nabi Saw, dan tidak sedikit dari ulama yang bisa dijadikan panutan telah melakukannya.
Al-Halabi dalam kitab sirahnya berkata:
"Beberapa ulama pernah menceritakan, bahwa Imam as-Subki sedang berkumpul bersama ulama sezamannya, lalu seseorang melantunkan syair gubahan ash-Sharshari dalam memuji Rasulullah Saw, yang berbunyi:
قليل لمدح المصطفى الخطّ بالذهب
على فضّة من الخطّ من كتب
وان ينهضّ الأشراف عند سماعه
قياما صفوقا أو جثيّا على الركب
(Dianggap) sedikit pujian kepada Nabi meski dari emas ditulisnya,
yang ditulis di atas kertas oleh seorang kaligrafer terkemuka,
Hendaknya para mulia berdiri ketika mendengamya,
di atas kaki dengan berbaris atau di atas lutut mereka.
Mendengar itu Imam as-Subki berdiri diikuti semua yang hadir di majelis itu. Maka suasana indah menyelimuti majelis. Berkumpulnya orang-orang dalam acara maulid Nabi dipandang baik oleh Ulama.
Imam Abu Syamah, guru Imam an-Nawawi, berkata:
"Di antara hal baik yang baru muncul di zaman ini adalah acara yang diadakan setiap tahun bertepatan dengan hari kelahiran Nabi Saw. Yaitu, shadaqah, perbuatan-perbuatan baik yang dilaksanakan untuk menampakkan kegembiraan. Seperti kebaikan yang diberikan kepada kaum fakir miskin memberikan kesan akan adanya cinta kepada Nabi Saw. Hal itu dilakukan untuk mengagungkan sekaligus bersyukur kepada Allah atas anugerah-Nya yang mengutus Rasulullah Saw, sebagai rahmat bagi seluruh alam."
Imam as-Sakhawi berkata:
"Bahwa acara peringatan maulid muncul setelah abad ketiga. Sejak saat itu kaum muslimin dari segala penjuru di kota-kota besar senantiasa merayakan dan bersedekah di malam harinya dengan bermacam-macam sedekah, serta membaca sejarah kelahiran Nabi yang mulia. Maka, tampaklah keberkahan dan keutamaan maulid."
Ibnu al-Jauzi berkata:
"Di antara khasiat acara maulid adalah didapatkan keamanan di tahun itu dan apa yang menjadi hajat akan segera terpenuhi."
والله اعلم
0 Komentar