Semua makna jismiyah ini adalah makna yang hanya berlaku pada makhluk, bukan pada Allah

 Seorang Wahabi-Taymiy yang bernama Khalil Harras ketika memberi catatan kaki kita Tauhid karya Ibnu Khuzaimah menjelaskan makna Nuzulnya Allah sebagai berikut:

 يعني ان نزوله الي السماء الدنيا يقتضي وجوده فوقها, فانه انتقال من علو الي سفل  

"Maksudnya, Nuzulnya Allah ke langit dunia memastikan adanya Allah di atas karena sesungguhnya Nuzul adalah berpindah dari atas ke bawah". 

Dia mau menggunakan dalil akal dengan hadis nuzul untuk membuktikan bahwa Allah bertempat secara fisik di atas dengan cara menafsirkan nuzul sebagai perpindahan fisikal jisim dari tempat yang tinggi ke tempat yang rendah. Ketika nuzul artinya berpindah dari atas ke bawah, maka berati Allah kan di atas, itu dalil akal yang dia pakai. 

Tetapi karena watak Wahabi-Taymiy memang mengharamkan dalil akal dalam Akidah, akhirnya jadi akal-akalan. Dia tidak sadar bahwa dengan berkata begitu dia sama saja dengan mengatakan Allah ada di bawah ketika nuzul. Artinya, ketika nuzul Allah tidak lagi fi uluw tapi menjadi fi sufl (di bawah). Dia tidak sadar kalau ucapan bahwa Allah ada di bawah bisa berkonsekuensi murtad. Wahabi sadar nggak soal ini?

Seperti sering saya bahas, dalam Akidah Ahlussunah wal Jamaah Allah setiap saat istawa dan nuzul. Setiap saat juga Allah selalu Maha Tinggi dan tidak pernah maha rendah. Tapi karena yang dibahas ini adalah Allah, maka tidak satupun makna kalimat ini seperti makna yang berlaku pada jisim sehingga istawa bukan bertempat secara fisik baik itu menempel atau melayang di atas Arasy, nuzul juga bukan perpindahan fisik dari atas ke bawah. Semua makna jismiyah ini adalah makna yang hanya berlaku pada makhluk, bukan pada Allah. (Lihat: Al-Ghazali, Iljamul Awam) 

Ketika makna khusus makhluk ini dipaksakan berlaku pada Allah, maka seperti Khalil Harras tadi jatuhnya pada  akidah sesat mujassimah yang meyakini Allah kadang di atas tapi kadang turun ke bawah ke langit dunia, langit terbawah. Bertentangan pula makna nuzul itu dengan makna uluw sebab ketika nuzul berarti tidak uluw tapi ketika uluw berarti tidak nuzul, padahal keduanya terjadi setiap saat.

Sumber dari

0 Komentar