Apa itu ibṭā’?

Salah satu aib yang dicela dalam pembuatan syair Arab adalah ibṭā’ (الإِبْطَاءُ).

Apa itu ibṭā’?

Makna ibṭā’ adalah Tikrāru al-Qāfiyah (تِكْرَارُ القَافِيَةِ), yakni pengulangan qāfiyah alias pengulangan rima.

Contoh ibṭā’ pada penyair besar yang dikritik oleh para kritikus syair Arab adalah yang dibuat oleh al-Nābigah al-Żubyānī. Dalam satu bait, al-Nābigah menutup qāfiyahnya dengan lafaz al-Sārī,

إذْ أَضَعُ البَيْتَ في سَودَاءَ مُظْلِمَةٍ، … تُقَيِّدُ العَيْرَ، لا يَسْري بها السَّارِي

Tapi baru melewati 3 bait al-Nābigah sudah menggunakan qāfiyah al-sārī lagi,

لا يَخْفِضُ الرِّزَّ عَنْ أَرْضٍ أَلمَّ بِهَا … ولا يَضِلُّ على مِصْبَاحِهِ السَّارِي»

Ibṭā’ dianggap aib karena mengesankan penyair miskin kosakata sampai harus mengulang dua kata yang sama padahal jaraknya berdekatan.

*** 
Kalau begitu apakah al-‘Imrīṭī dalam bait-14 melakukan ibṭā’ karena mengulang kata ginā?

وَقَدْ حَذَفْتُ مِنْهُ مَا عَنْهُ غِنَى … وَزِدْتُهُ فَوَائِداً بِهَا اْلغِنَى

Nah, di sini ada ikhtilaf.

Ibnu ‘Unaqā’ menegaskan: Ya, al-‘Imrīṭī memang melakukan ibṭā’ dan itu kelemahan beliau dalam nazham ini. Muafa: jika pendapat Ibnu ‘Unaqā’ diikuti, maka ini menunjukkan seindah apapun karya manusia, maka pasti tidak sempurna. Tidak seperti Al-Qur’an kalamullah yang sempurna.

Tapi sebagian ulama yang lain membela dengan mengatakan itu bukan ibṭā’.

Alasannya yang satunya tanpa alif lam, sementara satunya pakai alif lam.

Jadi maknanya beda sehingga tidak masuk definisi ibṭā’.


Salah satu aib yang dicela dalam pembuatan syair Arab adalah ibṭā’ (الإِبْطَاءُ).

0 Komentar