Ngaji Senggel

Waktu ngaji di Ma'had Aly Al Munawwir, Krapyak, di antara kami beredar istilah 'ngaji senggel'. Dari kata 'single' yang berarti sendirian. Kalau sudah dikatakan 'senggel', artinya yang mengaji hanya satu orang. Jadi satu kelas isinya dua. Satu guru mengajar seorang murid.

Yang paling berasa sesuatu itu kalau 'senggel' bersama Mbah Zaenal. Bayangkan saja, ngaji dengan durasi 45 menit sampai satu jam, bahkan lebih, harus berdua saja dengan pengasuh. Praktis, semua jatah baca kitab harus diambil sendiri. Kalau salah, tidak bisa baca atau tidak tahu makna mufrodat (terjemah kata), jadi tidak bisa bertanya kepada teman. Ga bisa tolah-toleh.. kalau sudah begitu, biasanya cuma bisa diam.. sambil berkeringat dingin.. ketahuan kalau ngaji tanpa persiapan, tanpa muthola'ah..😊

Istimewanya Mbah Zainal itu, beliau tampaknya tidak peduli berapa banyak yang hadir di kelas. Mau yang ngaji cuma satu, dua, atau satu kelas penuh hadir semua, beliau tetap mengajar dengan sesungguhnya. Ngajinya tidak selesai lebih cepat. Pengajian tetap dilaksanakan dengan sempurna. Bahkan bisa lebih lama jika muridnya cuma satu. Kata teman2, itu adalah semacam takziran, hukuman, karena mengaji sendirian. Hukuman karena tidak menggerakkan kawan-kawan untuk ngaji..

Saya pernah 'ngaji senggel' kepada beliau. Ngajinya lama sekali. Sampai2 di pantat ini ada bekas garis2 kayu kursi khas Ma'had Aly.. untungnya, saya baca kitab lancar.. tapi.. di akhir pengajian, Mbah Zainal dawuh setengah duko "Neng endi kancane, ngaji kok ra ajak-ajak!"

Waktu saya pamit boyong tahun 2013, Mbah Zainal sempat bertanya banyak hal. Di antaranya menanyakan soal rencana aktifitas saya kalau sudah pulang ke rumah..

"Kowe mulih nang omah arep ngopo..?"
"InsyaAllah, ngajar.."
"Ngajar nang endi..?"
"Wonten griyo. Ten griyo wonten madrasah"
"Oh, iyo.. nek mulang ki, muride siji karo muride satus, mulange kudu podo.. iku tandane ikhlas.."

----

Selamat Hari Guru

Kyai Ibadurrahim Bachmid

0 Komentar