Apakah barang barang yang diberikan para penta'ziyah termasuk tirkah mayyit?


Sudah menjadi adat di tengah masyarakat kita, ketika ada salah satu warga yang meninggal maka semua masyarakat dan kerabatnya mayyit, berbondong bondong datang untuk ta'ziyah. Dan mereka biasanya juga membawa sesuatu yang diberikan kepada Shohibul mushibah. Barang barang bawaan para pentakziyah biasanya oleh keluarga mayyit digunakan untuk slametan dan memenuhi kebutuhan sehari hari.

 Dalam perspektif fikih sebenarnya barang tersebut apakah termasuk tirkah?

Syekh Abi Bakr syatho dalam kitab i'natutholibin berkata
ما تركه الميت وخلفه، وهو التركة، سواء كانت مالا أو حقا 
 "yang dinamakan tirkah adalah segala sesuatu yang di tinggalkan mayit baik itu berupa hak atau harta benda.
Artinya hak dan harta yg termasuk tirkah adalah sudah sudah ada dan dimiliki oleh mayit sebelum meninggal.
Sehingga ketika wujud keberadaan harta benda itu terjadi setelah meninggalnya mayit maka tidak bisa disebut tirkah. 
Dari uraian diatas bisa di ambil kesimpulan bahwa barang -barang yang diberikan para pentakziyah bukanlah tirkahnya mayit, karena keberadaan barang tersebut wujud setelah wafatnya mayit.

Lalu menjadi milik siapa? Dan bagaimana tasyarufnya?

Semua barang yang diberikan oleh para pentakziyah adalah menjadi milik Shohibul mushibah (orang yang terkena mushibah). Dan baginya boleh mempergunakannya untuk keperluan mayit seperti biaya tajhiz, selametan, kebutuhan pribadinya,  sebab barang barang tersebut sudah menjadi miliknya. 
Untuk para pentakziyah yang memberikan sesuatu dengan menyebutkan tasyarufnya, seperti "tolong ini nanti buat acara tujuh harinya", maka bagi Shohibul musibah harus mentasyarufkan sesuai kehendak pemberi dan tidak boleh digunakan untuk keperluan yang lain. 

(قوله: يقسم المتروك) أي ما تركه الميت وخلفه، وهو التركة، (قوله: يقسم المتروك) أي ما تركه الميت وخلفه، وهو التركة، سواء كانت مالا أو حقا 
[البكري الدمياطي ,إعانة الطالبين على حل ألفاظ فتح المعين ,3/278] كانت مالا أو حقا 
[البكري الدمياطي ,إعانة الطالبين على حل ألفاظ فتح المعين ,3/278]
(فَرْعٌ)
قَالَ الْغَزَالِيُّ خَادِمُ الصُّوفِيَّةِ إذَا خَرَجَ إلَى السُّوقِ وَالْبُيُوتِ وَجَمَعَ طَعَامًا وَغَيْرَهُ ثُمَّ قَدَّمَهُ لِلصُّوفِيَّةِ حَلَّ لَهُمْ أَكْلُهُ وَيَحِلُّ لِغَيْرِهِمْ الْأَكْلُ مِنْهُ بِرِضَاءِ الْخَادِمِ وَلَا يَحِلُّ بِغَيْرِ رِضَاهُ وَهَكَذَا لَوْ كَانَ لِلرَّجُلِ عِيَالٌ وَأَعْطَى لَهُ النَّاسُ شَيْئًا بِسَبَبِ عِيَالِهِ يَكُونُ ذَلِكَ مِلْكًا لِلرَّجُلِ لَا لِلْعِيَالِ وَلَهُ أَنْ يُطْعِمَ مِنْهُ غَيْرَ الْعِيَالِ وَكَذَا مَا يُعْطَاهُ الْخَادِمُ يَقَعُ مِلْكًا لَهُ وَإِنَّمَا يُطْعِمُ الصُّوفِيَّةَ وَفَاءً بِالْمُرُوءَةِ
[النووي ,المجموع شرح المهذب ,9/347]
قَالَ شَيْخُنَا الزِّيَادِيُّ: وَمِثْلُ ذَلِكَ مَا لَوْ قَالَ خُذْهُ وَاشْتَرِ بِهِ كَذَا، فَإِنْ دَلَّتْ الْقَرِينَةُ عَلَى قَصْدِ ذَلِكَ حَقِيقَةً أَوْ أَطْلَقَ وَجَبَ شِرَاؤُهُ بِهِ، وَلَوْ مَاتَ قَبْلَ صَرْفِهِ فِي ذَلِكَ انْتَقَلَ لِوَرَثَتِهِ مِلْكًا مُطْلَقًا، وَإِنْ قَصَدَ التَّبَسُّطَ الْمُعْتَادَ صَرَفَهُ كَيْفَ شَاءَ.
[الرملي، شمس الدين ,نهاية المحتاج إلى شرح المنهاج ,5/409]

M. Thohari muslim

0 Komentar