Karomah Ibnu Hajar al Haitami

Suatu hari istri Imām Ibnu Hajar al-Haitami (salah satu Ulama' terkemuka madzhab Syafi'i yang miskin, penulis kitab Tuhfatul Muhtaj) mengutarakan keinginannya untuk mandi air hangat di pemandian setempat. Beliau menjawab : Istriku, sabarlah sebentar sampai aku dapat mengumpulkan uang untuk tiket masuk ke pemandian air hangat itu.

Setelah berhari-hari Imām Ibnu Hajar menyisihkan uang sedikit demi sedikit hingga mencapai setengah riyal (tarif masuk pemandian air hangat pada masa itu), lalu uang itu diserahkan kepada istrinya.

Istri Ibnu Hajar pun sangat girang dan ia segera berpamitan beranjak pergi ke tempat pemandian air hangat. Setelah sampai di tempat pemandian, ia mencari penjaga loket agar dibukakan pintu masuk untuknya, namun penjaga loket tak mau membukakannya seraya berkata : Maaf bu, untuk hari ini saya tidak membuka tempat pemandian untuk umum, karena hari ini pemandian ini sudah di boking penuh oleh istrinya Imam Ramli (Ulama' terkemuka juga madzhab Syafi'i kaya raya yang semasa dengan Ibnu Hajar) beserta rombongan santri putrinya.

Saya telah menerima uang cash 25 riyal sesuai pendapatan dari pemandian ini untuk sehari penuh. Beliau juga berpesan agar hari ini tidak membukakan pintu untuk siapapun. Bila ibu berkenan untuk mandi air hangat, silahkan datang besok saja.

Dengan penuh rasa kecewa yang amat dalam, istri Imām Ibnu Hajar pun kembali ke rumahnya. Sesampainya di rumah, ia langsung menggerutu kepada sang suami sambil meluapkan rasa kegeramannya : Ilmu yang sempurna itu sebenarnya ilmunya Imām Ramli, dimana istri dan santri² putrinya menyewa pemandian air hangat seharian penuh. Lalu apa ilmu yang kau miliki? Tidak ada apa²nya kecuali kefakiran dan kepayahan. Ilmumu tak menghasilkan apapun. Ini aku kembalikan uang yang telah kau kumpulkan.

Setelah mendengarkan keluhan istrinya, Imām Ibnu Hajar berkata dengan penuh lemah lembut : Istriku, aku tidaklah mengharap harta, aku ridha dengan apa yang digariskan oleh Allah ﷻ Sang Pencipta. Seandainya kamu ingin bergelimang dengan harta, ayo ikut denganku ke sumur Zamzam.

Kemudian keduanya berangkat ke sumur Zamzam. Sesampainya di sana, Imām Ibnu Hajar memasukkan timba kedalam sumur Zamzam. Ternyata, setelah timba tersebut diangkat dipenuhi dinar (mata uang emas). Lalu beliau bertanya pada istrinya : Apakah ini sudah cukup? Belum cukup, jawab istrinya. 

Imām Ibnu Hajar pun menimba untuk yang kedua kalinya. Setelah diangkat timba tersebut dipenuhi dengan dinar, lalu beliau bertanya lagi : Apani sudah cukup? Kata istrinya : Satu kali lagi, mas. Lalu beliau menimba untuk yang ketiga kalinya dan timba tersebut dipenuhi mata uang dinar.

Kemudian ibnu Hajar berkata pada istrinya : Aku lebih suka hidup fakir atas kemauanku, aku memilih untuk diriku sesuatu yang dikehendaki oleh Allah ﷻ, sedangkan harta itu bagiku sama saja, baik singgah maupun tidak, karena dunia itu pahit rasanya, waktunya pendek dan kehidupannya nista.

Sekarang pilihlah antara dua hal, yang pertama : Kembalikan semua emas itu ke dalam sumur Zamzam dan kamu tetap menjadi istriku, atau yang kedua : Ambillah seluruh emas itu dan pulanglah ke rumah orang tuamu lalu terimalah talak dariku.

Lalu sang istri berkata : Mas, sekali² biarkan aku punya uang banyak harta seperti orang² pada umumnya. Tidak, jawab Imām Ibnu Hajar. 
Mas, aku kembalikan yang satu timba saja, ya, kata si istri. Tidak, jawab Ibnu Hajar. 
Ya sudah, aku balikin dua timba dan aku simpan satu timba saja, pinta si istri. Tidak, jawab Ibnu Hajar. 

Aku ambil satu dinar untuk bersenang² hari ini aja, deh, rayu si istri.
Tidak, kembalikan semuanya ke dalam sumur atau kau ambil semuanya lalu pulanglah ke orang tuamu dan terimalah talak dariku, jawab Ibnu.

Dengan berat hati si istri pun menuruti ucapan Ibnu Hajar seraya berkata : Iya, mas. Aku kembalikan seluruh emas ini ke dalam sumur. Aku gak mau berpisah darimu. Kan kita sudah mengarungi bahtera rumah tangga bertahun². Aku akan bersabar untuk tidak tergoda dengan gemerlapnya harta.

Demikianlah salah satu karomah Imām Ibnu hajar al-Haitami, namun beliau sembunyikan dari istrinya. Dengan peristiwa ini, kasih sayang keduanya semakin harmoni dan langgeng, suami romantis, istri menjadi setia.

اللهم اجعل بين ازواجنا من المحبة تمامها ومن المودة دوامها ومن الرحمة شمولها ومن العمر أسعده ومن العيش أرغده ولا تفرق بيننا إلا وكُلا منا راضٍ عن الآخر. اللهم كما جمعت بين ازواجنا وذريتنا في دنياك فاجمع بيننا في جنتك يا رب العالمين.

0 Komentar