Kritik utama Rasyid Aylal Terhadap Shahih al Bukhari

Rasyid Aylal, seorang penulis dan kritikus asal Maroko, pernah menyampaikan pandangan kritis TERHADAP SAHIH AL-BUKHARI: 

Di kitab STUDI KITAB SAHIH AL-BUKHARI NIHAYAH USTURAH yang kritis terhadap beberapa konsep tradisional dalam ilmu hadis, termasuk ilmu jarh wa ta’dil. Dalam karyanya, ia menyoroti beberapa aspek dalam kajian kritik perawi yang menurutnya memerlukan tinjauan ulang. Aylal berpendapat bahwa beberapa metode dan kriteria dalam jarh wa ta’dil bersifat subjektif dan terpengaruh oleh faktor sosial-politik serta pandangan pribadi ulama tertentu.

Kritik utama Rasyid Aylal meliputi:

 1. Subjektivitas dalam Evaluasi Perawi: Aylal berpendapat bahwa proses jarh wa ta’dil sering kali dipengaruhi oleh bias personal dari para ulama, sehingga kredibilitas perawi bisa berbeda-beda tergantung ulama yang menilainya. Menurutnya, perbedaan penilaian ini menunjukkan bahwa standar yang digunakan mungkin tidak selalu konsisten dan kadang-kadang lebih bersifat subjektif daripada objektif.
 2. Pengaruh Faktor Sosial dan Politik: Aylal menyoroti bahwa beberapa ulama yang melakukan kritik terhadap perawi sering terpengaruh oleh kondisi sosial dan politik pada masa itu. Hal ini, menurutnya, bisa menyebabkan adanya penilaian yang tidak murni ilmiah, melainkan mencerminkan kepentingan kelompok atau aliran tertentu.
 3. Kesulitan dalam Verifikasi Keakuratan: Ia juga mengkritik bagaimana sulitnya memverifikasi keakuratan catatan tentang perawi dan ulama, terutama dari generasi awal Islam. Menurut Aylal, sebagian besar data tentang perawi disampaikan secara lisan dan terdokumentasi jauh setelah periode kehidupan mereka. Hal ini, menurutnya, membuat validitas catatan tentang perawi ini patut dipertanyakan.
 4. Relevansi Ilmu Jarh wa Ta’dil di Zaman Modern: Aylal mempertanyakan apakah metode tradisional ini masih relevan dan dapat diandalkan dalam menilai otentisitas hadis pada masa kini. Ia mengusulkan perlunya pendekatan yang lebih kritis dan modern dalam memahami hadis dan sejarah Islam.

Pandangannya ini menuai pro dan kontra di kalangan ulama dan akademisi, dengan beberapa pihak yang mendukung pentingnya mempertanyakan ulang beberapa aspek tradisional, sementara lainnya menganggap kritik seperti ini berpotensi melemahkan fondasi dari ilmu hadis itu sendiri.

0 Komentar