Haul Mengenang Meneladani Sejarah Hidup

Haul adalah momen menambah daya semangat meneladani sejarah hidup yang telah dilewati oleh hamba-hamba Allah yang telah diberi anugerah perjalanan hidup hingga akhir hayatnya. Dalam konteks ini Sahabat Ibnu Umar (Riwayat lain menyebutkan Ibnu Mas'ud) berkata:

مَن كانَ مُسْتَنًّا ، فَلْيَسْتَنَّ بمن قد ماتَ ، فإنَّ الحيَّ لا تُؤمَنُ عليه الفِتْنَةُ

"Barang siapa menjalani teladan hidup maka ikutilah teladan hidup ulama yang telah wafat. Sebab orang yang masih hidup belum terbebas dari ujian hidup" (Riwayat Abu Nuaim dalam Hilyat Al-Auliya')

Juga disampaikan oleh salah satu pentarjih Mazhab Syafi'i, Imam Ibnu Hajar Al Haitami:

 إلَّا إذَا ذَكَرَ مَنَاقِبَ عَالَمٍ وَرِعٍ أو صَالِحٍ لِلْحَثِّ على سُلُوكِ طَرِيقَتِهِ وَحُسْنِ الظَّنِّ بِهِ

".... Kecuali menuturkan biografi orang alim yang Wira’i dan saleh, untuk mendorong orang mengikuti jalannya dan berbaik sangka dengannya. Juga agar orang bisa langsung berbuat taat, melakukan kebaikan seperti jalan yang telah dilalui almarhum.

بَلْ هِيَ حِينَئِذٍ بِالطَّاعَةِ وَالْمَوْعِظَةِ أَشْبَهُ لِمَا يَنْشَأُ عنها من الْبِرِّ وَالْخَيْرِ وَمِنْ ثَمَّ مَازَالَ كَثِيرٌ من الصَّحَابَةِ وَغَيْرِهِمْ من الْعُلَمَاءِ يَفْعَلُونَهَا على مَمَرِّ الْأَعْصَارِ من غَيْرِ إنْكَارٍ 

Bahkan menyampaikan kisah dengan ketaatan dan mauidzah lebih tepat karena akan menumbuhkan kebaikan. Oleh karena itulah, banyak sahabat dan ulama selalu melakukan hal ini sekian kurun waktu tanpa ada yang mengingkarinya." (Fatawa Fiqhiyah Al-Kubra 2/18)


0 Komentar