Hukum kurma menurut KH. Zubair Sarang

" Iraq iku gonane kurmo. Jare bapakku,
  Sing kaprahe saiki wong dho ra Reti,
  kurmo iku hukume Wes dadi makruh.."

Menjelang datangnya bulan suci Ramadhan, Menu berbuka puasa adalah salah satu hal yang paling dinantikan, terlebih di Indonesia yang kaya akan ragam kulinernya. Namun demikian, ada satu makanan yang tidak bisa ditinggalkan saat berbuka puasa, yakni kurma. Hal ini didasari, bahwa kurma adalah anjuran dari Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam sendiri, sebagaimana dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Abu Daud (w: 275 H) & Imam Turmudzi (w: 297 H)

عن سلمان بن عامر رضي الله عنه أن رسول الله صلى الله عليه و سلم قال: اذا أفطر أحدكم فليفطر على تمر فإنه بركة، فان لم يجد تمرا فالماء، فانه طهور

Syaikhina Maimoen Zubair saat pengajian tafsir Jalalain QS. Al-anbiya: 71 menjelaskan, bahwa meskipun semua ulama sepakat tentang kesunahan berbuka puasa dengan kurma, namun menurut ayahnya, yakni KH. Zubair Dahlan, Berbuka puasa dengan kurma yang ada sekarang hukumnya adalah makruh. Hal ini karena buah kurma yang ada sekarang sebagian besar berasal dari Mesir, Iraq dan kawasan Syam, dimana tanah-tanah itu dulunya ditaklukkan dengan kekuatan pada masa Khalifah Umar bin Khathab yang kemudian kemudian diwakafkan untuk kepentingan umat atas nama fai'

قال في المغني: وقف عمر الشام والعراق والمصر وسائر ما افتتحه، واقره على ذلك علماء الصحابة وأشاروا عليه به، وكذلك فعل من بعده من الخلفاء، ولم نعلم أحدا  منهم قسم شيئاً من الأرض التي افتتحوها

" Kurmo iku makruh, Mergo Iraq iku tanah
  Sing Wes diwakafno Sayyidina Umar,
  wong sing nganggo kudu mbayar, sing
  diarani khoroj, Sebagian kiai maknanine
  pajek, sebagian kiai liyo maknanine Sewo.."

Meski pada mulanya, sebagian sahabat seperti Bilal bin Rabah dan Abdurrahman bin ‘Auf berpendapat agar tanah itu dibagi. Namun dalam sejarah tercatat, bahwa sepuluh sahabat senior (5 dari Aus & 5 dari Khazraj) setuju dengan pendapat sayyidina Umar, bahwa Tanah-tanah itu supaya tetap dipertahankan di tangan penduduknya yang kemudian tanah itu ditetapkan kharaj

وَقَدْ رَأَيْتُ أَنْ أَحْبِسَ اْلأَرَضِينَ بِعُلُوجِهَا، وَأَضَعَ عَلَيْهِمْ فِيهَا الْخَرَاجَ، وَفِي رِقَابهمُ الْجِزْيَةُ يُؤَدُّونَهَا فَتَكُونُ فَيْئًا لِلْمُسْلِمِينَ، الْمُقَاتِلَةِ وَالذُّرِّيَّةِ وَلِمَنْ يَأْتِي مِنْ بَعْدِهِمْ

Kebijakan Sayyidina Umar ini berlaku Ketentuan fai' sebagaimana yang dinyatakan dalam QS. Al-Hasyr: 7-10, dimana ditetapkan, bahwa fai' itu untuk Allah, Rasul, kaum kerabat, yatim, miskin, ibnu sabil, Muhajirin, Anshar dan orang-orang yang sesudah mereka

وَٱلَّذِينَ جَآءُو مِنۢ بَعۡدِهِمۡ (١٠)

Ayat-ayat ini juga dijadikan dalil oleh Sayidina Umar, bahwa tanah yang ditaklukkan dan penduduknya belum masuk Islam, maka tanah itu menjadi milik seluruh kaum muslim sampai hari kiamat. Kepemilikan seluruh kaum muslim di sini adalah atas fisik tanahnya. Adapun manfaatnya dimiliki oleh penduduknya. Secara syara', kepemilikan atas manfaat tanah kharajiyah itu dapat berpindah kepada orang lain melalui waris atau tasharruf yang syar'i seperti wasiat, jual beli, hibah dan sebagainya. Namun, itu hanya sebatas manfaatnya saja, bukan fisik tanahnya. Dengan demikian, status tanah kharaj itu tetap hingga hari kiamat dan konsekuensi kewajiban kharaj itu tetap, meskipun pemiliknya masuk Islam

" Dadi tanah Iraq iku tanah sing wes
  diwakafno, dienggo ngeragati Negoro
  mulai zaman sayyidina Umar Sampek
  kapan wa'e.." jelas Syaikhina Maimoen 

Namun Meski demikian, Syaikhina Maimoen menegaskan, bahwa kurma-kurma yang berasal dari tanah yang dulunya kharaj tidaklah sampai haram, tapi hukumnya hanya sebatas Makruh saja

" Ning kitab-kitab, Saiki tanah khoroj iku
  wes entek, Mergo ora diakoni tanah
  wakof, nanging Saiki wes dienggo atas
  nama milik, padahal Barang wakof
  dimiliki iku kan Harom. Nanging buah
  buah kurmo sing Songko tanah wakof iku
  yo Ojo mok hukumi haram, keduwuren. yo
  wes makruh wa'e yo, Iki jare bapakku.."

Wallahu Ta'ala a'lam

0 Komentar