Menurut partai santri ( kitab ahlal musammarah .hlmn 41-44).terkait raden fatah serta putranya sebagai berikut:
Kisah Raden Paku (Sunan Giri) dan Raden Patah (Sunan Demak)
Telah dikemukakan bahwa Sayyid Rahmat memiliki dua putri bernama Murtiah dan Murtasimah. Adapun Murtiah telah menikah dengan Raden Paku yang menjadi seorang imam bagi penduduk Tendes dan tinggal di desa Giri. Raden Paku meng-asingkan diri di sana untuk beribadah dan riyadah hingga menjadi seorang wali yang terkenal dengan panggilan Sunan Giri.
Sunan Giri memiliki banyak pengikut yang memeluk agama Islam. Ia memiliki empat anak, yaitu
Raden Prabu, Raden Masani, Raden Gua, dan Retnowati.
Adapun Murtasimah telah menikah dengan Raden Patah. Setelah lama berkhidmah pada Sayyid
Rahmat dan tinggal bersama. Sayyid Rahmat berka-ta padanya, "
“Wahai anakku, pergilah menuju arah barat! Jika kamu sampai ke hutan tebu yang bernama Bintoro, carilah pohon tebu yang wangi. Jika kamu telah menemukannya maka jadikanlah sebagai rumah dan tinggallah di sana.”
Maka Raden Patah menaati perintah Sayyid Rahmat, Lalu ia berpamitan dengan Sayyid Rahmat untuk pergi menuju Bintoro bersama istrinya dan terus melakukan perjalanan hingga sampai di hutan Bintoro lalu mencari sebatang tebu yang wangi. Setelah mencarinya satu persatu, akhirnya iamenemukannya. Maka dari itu daerah dinamakan Demak, yang diambil dari kalimat “Demak-demek"
(mencari-cari).
Kemudian Raden Patah mendirikan sebuah rumah dan menetap di sana. Ia menyibukkan diri dengan beribadah, riyadah, mengekang hawa nafsu, menjaga syariat, dan menjalani laku ahli hakikat.
Hal itu terus ia lakukan hingga ia menjadi seorang wali yang terkenal dengan sebutan Sunan Demak.
Ia terus-menerus mendakwahkan Islam hingga banyak orang yang masuk Islam dan berbondong-bondong pindah ke Bintoro hingga menjadi sebuah negeri yang besar.
Brawijaya mendengar kabar bahwa Bintoro telah menjadi sebuah negeri yang baru dalam kepemimpinan seseorang yang tidak dikenalnya sehingga iapun khawatir mereka memberontak. Maka ia meng-utus Raden Husain untuk memastikan apa yang didengarnya.
Raden Husain pergi ke Bintoro dan ternyata pemimpinnya adalah Raden Patah. Ketika ia masuk ke Bintoro, mereka bersalaman dan berpelukan
serta menangis baHagia karena telah lama berpisah,lalu saling bertukar informasi.
Kemudian Raden Husain ingin kembali ke Majapahit dan berpamitan kepada Raden Patah. Sesampai di Majapahit, ia menemui Brawijaya dan mengabarkan bahwa yang membangun negeri baru diBintoro adalah Raden Patah, anak Brawijaya sendiri.
Maka Brawijaya mengirim surat kepada Raden Patah yang berisi pengangkatannya sebagai pangeran
Demak.
Setelah itu Sayyid Ibrahim memerintahkan Raden Patah untuk membangun masjid untuk shalat
jamaah dan shalat Jumat. Maka Raden Patah diperintahkan untuk mengumpulkan kayu-kayu dan
bahan-bahan yang dibutuhkan untuk membangun masjid.
Sayyid Ibrahim memiliki seorang murid di desa Ngempon, Jatirogo, Tuban yang bernama Nyai Sibelok yang mana suaminya adalah seorang muadzin.
Lalu Sayyid Ibrahim memerintahkan suami Nyai Sibelok untuk mengambil rumput alang-alang yang biasa dipakai untuk atap rumah, agar di untuk atap masjid. Lalu muadzin tersebut mengumpulkan banyak alang-alang dan mengeringkan.
Kemudian pada suatu hari ia berkata pada istrinya"
“Sayyid Ibrahim memerintahkanku untuk mengambil rumput alang-alang dan telah berkumpul banyak, tapi mengapa sampai sekarang belum
dikirimkan utusan untuk mengambilnya. padahal sudah kering.”
Maka istrinya menjawab, “Mungkin saja belun dibutuhkan, nanti ketika sudah dibutuhkan pasti akan ada yang mengambil.”
Lalu Nyai Sibelok pergi ke halaman rumah untuk melihat alang-alang yang dikumpulkannya. Lalu ia memukulkan selendangnya ke alang-alang tersebut dan semuanya terbang ke Demak dan Itulah karomah Nyai Sibelok
Diceritakan bahwa kedelapan tiang masjid diserahkan kepada delapan tukang kayu, dan mereka diperintahkan agar menyelesaikannya dalam waktu satu malam karena masjid akan didirikan esok harinya ,
Maka mereka bekerja keras semalam suntuk untuk menyelesaikan pengerjaan tiang-tiang kecuali satu tiang yang belum selesai karena ada satu orang yang tertidur.
Ketika menjelang fajar terbit
(orang lainnya) membangunkannya. Maka tukang kayu yang tidur tadi mengumpulkan potongan-potongan
diikat dengan tali hingga dijadikan tiang. Dengan demikian ada satu tiang masjid itu yang dari potongan kayu (tatal) yang masih ada sampai sekarang. Akan tetapi zaman sekarang tiang tersebut ditutupi dengan lembaran-lembaran besi.
Raden Patah memiliki lima orang anak. yaitu pangeran Prabu, Raden Trenggono, Raden Bagus Sedo Kali, Kanduruhan, dan Sayyidah Rativah.
ahlal musammarah karya
Syekh Abu Fadhol As-Senori Al-Thubani. Hlmn 41-44
Catatan Referensi teks arab kitab ahlal musammarah
0 Komentar