Gus Ud mendapat derajat kewalian itu sejak masih kecil. Gus Ud sangat nakal dan banyak tingkah hingga membuat ayahnya sering marah kepadanya. Sang ayah konon orang yang ‘alim dan mengajar ngaji di rumahnya. Setiap ayahnya mengajar sering terganggu oleh suara-suara teriakan Gus Ud kecil itu, hingga sang ayah memarahinya bahkan memukulnya dengan kayu kecil.
Nah. dari situlah sang ayah melihat keanehan pada diri sang putra tersebut. Suatu saat ayanhnya menegur beliau sambil membentak” Kamu ini banyak tingkahnya, makanya gak bisa ngaji! “Kemudian si kecil Gus Ud menimpali teguran ayahnya;”Ngajar ngajinya saya ganti ya? “.
Ayahnya heran dengan ucapan anaknya yang baru berusia 8 tahunan itu, Gus Ud langsung mengambil kitab kuning ayahnya tersebut dan langsung membacanya, meskipun kitab itu gundul (tidak ada harokatnya) Gus Ud kecil itu lancar membacanya berikut menjelaskan semua keterangan kitab itu.
Subhanallah! Ayahnya terheran-heran … Sejak itulah sang ayah membiarkan saja apa yang dilakukan putranya itu …
Gus Ud tidak pernah sekolah, tidak bisa membaca dan menulis. Namun beliau, bisa membaca Al-Quran dan kitab-kitab lainnya sehingga wajar, kalau beliau jadi rujukan Kyai di Jawa Timur untuk memecahkan masalah keislaman.
Dalam kisah yang lain saat itu musim haji. Gus Ud berangkat haji sama-sama dengan KH. Mas Zubeir bin Harits. Ketika para jama’ah haji mau diberangkatkan, di dalam pesawat itu. Gus Ud membaca marhabanan dengan suara keras dan tidak teratur sambil memukulkan sesuatu yang dipakai untuk musiknya.
Semua yang melihat tidak berani melarang, karena seluruh penumpang paham siapa itu Gus Ud. Hanya salah satu awak pesawat lelaki menegur Gus Ud dengan halus: “maaf pak, pesawat mau berangkat, tolong berhenti dulu “katanya. Lalu Gus Ud berhenti mambaca marhabanan itu dengan hati yang dongkol, dan lalu apa yang terjadi? Sampai beberapa jam mesin pesawat itu tidak mau hidup.
Setelah melalui serangkaian pemeriksaan ternyata tidak ada masalah, tetapi tetep saja tidak bisa hidup mesinnya. Akhirnya salah satu jama’ah haji ada yang menegur salah satu awak pesawat tadi agar minta maaf pada gus ‘Ud karena telah menegurnya untuk diam.
Maka anjurannya dituruti juga. ”Saya minta maaf ya pak atas kelancangan saya tadi, jika sekarang bapak mau baca marhabanan tadi, monggo”. Lalu Gus Ud menjawab ”iyo yo…”
Dengan rasa suka Gus Ud langsung membaca marhabanan seperti tadi dengan memukul – mukul sesuatu untuk menjadi musiknya. Dan mesin pesawat langsung bisa hidup dan berangkat ke saudi dengan selamat.
Beliau paling suka yang namanya seni sholawat hadrah. Saking sukanya dengan seni hadrah, kemanapun ada undangan hadrah, bisa dipastikan beliau akan hadir. Meski dengan suara yang tak enak dan baca’an yang kurang jelas.
Gus Ud tetap suka membaca diba’iyah dengan memukul terbang hadrah. jangan kan dapat undangan, beliau itu jika sedang ditengah jalan, naik apapun juga jika mendengar ada hadrah pasti akan turun dan ikut shalawatan ditempat tersebut. Itulah gambaran sifat amat cintanya Gus Ud terhadap baginda Nabi Muhammad SAW.
Gus Ud mempunyai Ilmu Laduni sehingga beliau mempunyai kelebihan dibandingkan orang lain pada kebanyakan. Hidayatullah yang juga pemangku Majelis Taklim Gus Ud. Bagi warga Sidoarjo, ulama yang dulunya akrab dipanggil Gus Ud dan kini lazim dipanggil Mbah Ud, merupakan ulama yang tidak menyandang gelar. Pasalnya,sebagai orang yang mempunyai kelebihan, dia tidak mau menunjukkan. Bahkan dalam turut menyiarkan agama Islam, dia menggunakan kelebihannya itu untuk memberi pemahaman bagi umat muslim dan nonmuslim.
Bagi warga Sidoarjo, Gus Ud bukan hanya Kyai yang mempunyai kelebihan, bisa mengobati orang sakit dan kelebihan lainnya. Namun, Gus Ud juga ikut menyiarkan Islam melalui pemikirannya. Beliau menyebarkan agama Islam juga di daerah Sidoarjo.
Gus Ud termasuk pengikut Naqsabandiyah. Meski begitu jamaah yang datang ke sini umum, tidak hanya Naqsabandiyah. Kalangan Nahdlatul Ulama juga ada. Area makam Gus Ud punya kegiatan rutin setiap Jumat Legi. Di antaranya terbangan, tahlilan, salat malam, dan pengajian sampai tengah malam. Di hari Minggu sore, agenda dikhususkan untuk Jamaah Tariqat Naqsabandiyah Kodiriyah.
0 Komentar