Kiai Makruf Kedunglo Kediri Sang Shohibud du'aa

"Duit Sak Tampah"

Ketika mau menikah yg terakhir kalinya, konon yg ke 27 kalinya.. Mbah Yai makruf kedunglo Kediri sama sekali tidak megang uang ... untuk mahar dan ubo rampen nikah. Calon isteri terakhirnya itu seorang gadis belia, bernama Masyrifah binti H. Dahlan berasal dari Jeben- Sanggrahan Prambon Nganjuk. Sebelum datang ke tempat akad nikah, beliau mampir dulu ke rumah Pak Sarkun Tanjung tani. Beliau dawuh :"Aku arep rabi, tapi gak nyekel duwit, aku tak ndungo.. nyuwun duit sak kebeke tampah (wadah bulat dari anyaman bambu) .. Awakmu sing ngamini.. engko nek di paringi duit, awakmu tak bagei separo".
"Nggeh Mbah.. " Jawab pak Sarkun tanpa ragu2 sedikitpun, karena dia tahu betul, Mbah Yai makruf ini doanya kondang Coss pleng, sehingga di juluki "Shohibud du'aa".
Setelah selesai berdoa, beberapa saat kemudian, datanglah H. Syarif Grompol petani kaya... dengan naik dokar, bertamu ke rumah Pak Sarkun untuk sowan Mbah Yai Makruf, karena mendengar kabar dari tetangganya, bahwa Mbah Makruf sedang berada di rumah Pak Sarkun. 
" Kulo mireng kabar panjenengan bade akad nikah teng Jeben Mbah... Nyuwun sewu niki namung wonten sekedik..kagem panjenengan". H. Syarif matur kepada Mbah Yai Makruf sambil menghaturkan Glempo (Kacu/sapu tangan besar) yang berisi  uang. 
Kemudian  Glempo tsb di buka dan isinya di pindah ke wadah tampah.. 
Doa Mbah makruf benar2 di kabulkan.. cospleng..! 
Uang tsb memenuhi wadah tampah. 
Yang separo di kasihkan Pak Sarkun, meskipun menolak, tetap di paksa menerimanya. 
"Aku maeng wes janji, sing separo kanggo awakmu, ojo di tolak !" , Ujar Mbah Makruf halus. 
Dan yang separonya lagi di gunakan untuk mahar dan ubo rampen akad nikah. 
Dari pernikahan terakhirnya itu Mbah Yai Makruf di karunia seorang putra yg wafat ketika masih kecil dikasih nama, Zainuddin dan seorang puteri yg di beri nama Maemunah. Ketika puterinya itu berusia sekitar 6 tahun (usia TK) , Mbah Yai makruf wafat... al-Faatihah

0 Komentar