"Mbah Hasyim Nganjuk, Guru Idola Mbah Mun Sarang".
Orang-orang mengatakan Mbah Hasyim ini di karuniai "MaQom Tajrid"
Maqom adalah suatu pencapaian melalui lelaku, riyadloh, meper nafsu, ngelakoni ilmu secara istiqomah yg bermuara pada kebersihan hati, bukan sekedar OMDO.. ilmu sekedar bahan obrolan, bahan maidhoh, seminar atau bahan status di FB, yang prakteknya Nol.
Diantara ciri2 orang yg memiliki maqom tajrid ialah : Menghabiskan seluruh waktunya untuk beribadah, sabar dalam segala keadaan, sanggup hidup menderita, narimo ing pandum dan tidak pernah thoma' (Berharap pemberian orang lain).
Semenjak di pondok sudah di panggil Mbah, entah karena kealimannya atau kezuhudannya? Tapi keduanya melekat pada dirinya.
Itulah Mbah Hasyim, Juwet ngronggot Nganjuk, guru (mustahiq, wali kelas) Mbah yai Maimun Zuber ketika di Lirboyo, yang sangat di idolakan oleh Mbah Mun.
Karena tidak ingin ribet dg urusan perut yg bisa mengganggu konsentrasi ngajinya, setiap kali mendapat bekal kiriman dari orang tuanya, Mbah Hasyim langsung menghabiskannya, setelah menyisihkan sedikit untuk membeli Mbako. Selebihnya untuk nraktir teman2 nya di warung, atau di berikan teman2 yg membutuhkannya. Dalam waktu sehari uangnya langsung ludes tak tersisa. Bila merasa lapar atau haus, beliau hanya minum air sumur. Waktunya di habiskan untuk mengaji dan muthola'ah kitab.
Setelah pulang dari pondok, Mbah Yai Hasyim, perilakunya tetap istiqomah seperti itu, Seluruh harta warisan dari orang tuanya di habiskan seketika, ada yg di jariyahkan, di sedekahkan untuk sanak saudara, tetangga dan teman2 yg membutuhkannya. Beliau tidak pernah meninggalkan ngaji dan sholat berjamaah. Peserta sholat jamaahnya di absen satu persatu, jika 3 kali tidak hadir sholat jamaah, saat meninggal dunia, beliau tidak mau mensholati jenazahnya. Maka tidak heran, sholat jamaahnya selalu full makmum.
Suatu ketika, beliau di minta para santri untuk berkenan ngori' kitab "Mughni Labib" Kitab Gramatika Arab yg paling sulit di maknai karena syahid-syahidnya berupa ayat2 al-Qur'an, hadits2 dan syair2 klasik.
Karena kehatian-hatiannya, setiap ketemu ayat2 al-Quran, beliau selalu mencocokkan dg tulisan mushaf aslinya, namun hal itu dirasakan sangat memperlambat pengajiannya. Akhirnya beliau pamit kepada para santri, akan menghafalkan al-Quran terlebih dahulu, pengajian sementara di liburkan, beliau ngebleng tidak keluar-keluar dari kamar selama 40 hari. Setelah keluar dari ngebleng nya, beliau sudah hafal al-Qur'an 30 juz, luar kepala dan pengajian Mughni Labib pun di lanjutkan dg lancar hingga khatam. al-Faatihah...
0 Komentar