Syaikhina Maimoen Zubair saat Haflah Akhirussanah madrasah Ghozaliyyah Sarang pada Selasa 9 Sya'ban 1434 H / 18 Juni 2013 M menjelaskan, bahwa kitab Al-Jami' Al-Musnad Al-Shahih Al-Mukhtashar min Umuri Rasulillah shalallahu alaihi wasallam wa Sunanihi wa Ayyamihi atau yang populer dengan nama Shohih al-Bukhori dimulai dan diakhiri dengan hadits yang statusnya adalah Gharib, yakni hadits yang salah satu Thobaqatnya hanya terdapat satu orang yang meriwayatkan
" Haditse Imam Bukhari iku dikawiti
kelawan Hadist ingkang gharib lan
dipungkasi kelawan gharib. Kitabun
yuftatahu bil Ghorib wa yukhtatamu bil
ghorib.." dawuh Syaikhina Maimoen
Beliau menjelaskan, bahwa ayahnya yakni KH. Zubair Dahlan dulu pernah berwasiat bahwa jika seseorang ingin menjadi orang yang besar maka seseorang tersebut harus bisa membaca kitab shohih Bukhari sampai khatam atau minimal sering membaca kitab tersebut
" Kulo diwasiati bapak Kulo, Kowe nak
pingin dadi Kiai tenan, mongko kudu
isho Moco Bukhori Nganti khatam, titene
nak ora khatam, berarti Kowe pancen Ra
pati kiai. Dadi Ono Kiai kok ora Pati Moco
Bukhori mangko ora Pati Kiai yo.."
Hadits gharib yang Syaikhina Maimoen maksud adalah hadits pertama pada Shahih al-Bukhari yang berkenaan tentang niat, dan hadits terakhir yang dimaksud adalah hadits yang berkenaan dengan tasbih. Hadits niat tidak ada yang meriwayatkan dari Nabi melainkan hanya Umar bin Khattab. Kemudian pada thabaqah berikutnya, hanya al-Qamah yang meriwayatkan dari Umar. Pada thabaqah berikutnya juga demikian, hanya ditemukan nama Muhammad bin Ibrahim yang meriwayatkan dari al-Qamah. Selanjutnya, hanya Yahya bin Sa’id yang meriwayatkan dari Muhammad bin Ibrahim. Meskipun ada pendapat yang mengatakan bahwa ada banyak sahabat yang mendengar hadits ini selain al-Qamah, karena dulu hadits ini dibacakan oleh Sayyidina Umar di atas mimbar, namun kenyataannya yang ditemukan hanyalah riwayat dari al-Qamah
" Hadits niat iku Ora ono rowine Kejobo
Umar bin Khattab.." dawuh beliau
Demikian juga yang terjadi pada hadits tasbih yang hanya diriwayatkan oleh Abu Hurairah, kemudian pada Thobaqat setelahnya hanya ditemukan Abu Zur'ah sebagai perowi dan hingga akhir sanad yang disebutkan hanya ditemukan nama Ibnu al-Qa'qa' dari Abu Zur'ah
" Dadi hadits sing Masyhur iku subhanallahi
wabihamdihi kayo sing dilakoni Mbah
Kulo Mbah Mad. Tapi Saiki aku yo
subhanallahi wabihamdihi subhanallahil
adzim Mergo wes wayahe.." Lanjut beliau
Syaikhina Maimoen lantas menuturkan, bahwa memulai dan mengakhiri dengan hadits ghorib adalah bentuk kesengajaan yang dilakukan oleh Imam Bukhari sebagai isyarat yang begitu halus untuk mengarahkan para pembaca kepada sebuah hadis yang berbunyi:
بدأ الإسلام غريباً وسيعود غريباً كما بدأ فطوبى للغرباء
Hadits yang terdapat dalam shohih Muslim tersebut menjelaskan bahwa Islam bermula sebagai perkara yang asing dan akan kembali sebagai perkara yang asing seperti permulaan, maka beruntunglah orang-orang asing. Dalam hadits itu Terdapat kata "Ghorib" yang bermakna asing yang diulang dua kali dengan menggunakan bentuk nakiroh yang menunjukkan asing yang pertama berbeda dengan asing yang kedua, sebagaimana dalam uqudul Juman:
ثُمَّ مِنَ الْقَوَاعِدِ الْمُشْتَهِرَةْ * إِذَا أَتَتْ نَكِرَةٌ مُكَرَّرَةْ
تَغَايَرَا وَإِنْ يُعَرَّفْ ثَانِيْ * تَوَافَقَا كَذَا الْمُعَرَّفَانِ
شَاهِدُهَا الَّذِيْ رَوَيْنَا مُسْنَدَا * لَنْ يَغْلِبَ الْيُسْرَيْنِ عُسْرٌ أَبَدَا
Bahwa Ketika dalam suatu kalam terdapat dua isim nakiroh yang diulang, maka isim nakiroh yang kedua bukan merupakan substansi dari isim nakiroh yang pertama Dan jika isim nakiroh yang kedua dima'rifatkan maka isim nakiroh kedua yang dima'rifatkan merupakan substansi dari isim nakiroh yang pertama. Begitu juga ketika kedua isim nakiroh sama-sama dima'rifatkan, maka isim nakiroh yang kedua merupakan substansi yang pertama. Kata Ghorib (Asing) yang pertama dalam hadits tersebut adalah tentang kuantitas atau jumlah yang tidak banyak, sedangkan Ghorib (Asing) yang kedua adalah dalam bentuk kualitas atau mutu yang kurang, karena kurangnya umat dalam memahami ilmu. Agama Islam dimulai ditanah Arab dengan kuantitas atau jumlah pengikut yang tidak banyak, sementara Ghorib yang kedua adalah sebagaimana yang di Indonesia
وكما هو مضمون الحديث المذكور تكون الغرابة في الأول من حيث الكمية وفي الآخر من حيث الكيفية فإن كلمة الغرابة في ذلك الحديث كررت نكرة مرتين فالثانية غير الأولى كما هو مشاهد لدى أهل العرفان. فإن من فضائل هذه الأمة أنه لا يخلو من المبدأ إلى المنتهى من هذه الأمة من الذين كان لهم وصلة وعلاقة مما كان عليه أسلاف هذه الأمة ما كان عليه أحوال أسلافهم من الصحابة والتابعين وتابعي التابعين قال تعالى ولتكن منكم أمة يدعون إلى الخير ويأمرون بالمعروف وينهون عن المنكر وأولئك هم المفلحون وقال تعالى: كنتم خير أمة أخرجت للناس تأمرون بالمعروف وتنهون عن المنكر وتؤمنون بالله. وقال صلى الله عليه وسلم لا تزال طائفة من أمتي ظاهرين على الحق حتى يأتي أمر الله
Wallahu Ta'ala a'lam.
0 Komentar