Huruf Arab
Bahasa Arab adalah bahasa yang berasal dari Jazirah Arab bagian utara dan dipengaruhi oleh alfabet Aram (Aramaik) sekitar Syiria dan Mesopotamia. Alfabet tersebut adalah ألف (Aleph), بيث (Beth), جامل (Gimmel), دالث (Daleth), هيه (Hey), واو (Waw), زين (Zayin), حيث (Heth), طيث (Teth), ياد (Yad), كاف (Kaph), لامد (Lamehd), ميم (Mem), نون (Nun), صيمكاث (Shemkath), عي (Ayin), بي (Bi), صاد (Sade), قوف (Qoph), ريش (Risy), شين (Sin), تو (Taw).
Alfabet dan urutannya ini kemudian berkembang menjadi huruf arab modern yang kita kenal sekarang sehingga muncul huruf-huruf Arab seperti ألف (Alif), باء (Ba'), جيم (Jim), دال (Dal), هاء (Ha'), واو (Waw), زاء (Za'), حاء (Ha'), طاء (Tho'), ياء (Ya'), كاف (kaf), لام (lam), ميم (Mim), نون (Nun), سين (Sin), عين ('Ain), فاء (Fa'), صاد (Shod), قاف (Qof), راء (Ro'), شين (Syin), تاء (Ta'), ثاء (Tsa'), خاء (Kho'), ذال (Dzal), ضاء (Dho'), ظاء (Dho), غين (Ghin) atau yang dikemudian hari populer disebut dengan huruf Abjadun atau huruf Maktubah, yakni huruf yang ada dalam penulisan
أبجد هوز حطيك لمن * سعفص قرش تثخذ ضظغ
Huruf ini berjumlah 28 dengan tidak memasukkan huruf لا (lam alif), karena dianggap bukan huruf mandiri, akan tetapi tersusun atas 2 huruf, yaitu lam dan alif. Dan juga tidak memasukkan huruf ء (hamzah) karena alif sendiri dibaca seperti hamzah jika di depan, dan disaat yang lain alif juga dianggap sebagai huruf 'illat Jika dilihat dari nama dan bentuknya. Selain itu huruf ini juga dikenal dengan hisabul jumal (huruf yang mempunyai makna angka-angka tertentu). Semisal huruf ا (alif) untuk angka satu, ب (ba') untuk angka dua, ج (jim) untuk angka tiga, د (dal) untuk angka empat dan seterusnya, Sebagaimana yang dilakukan Sayyid Ahmad Al-Marzuqi (w: 1262 H) dalam Nadzom Aqidatul Awam, ketika menghitung bait dan tahun pembuatannya. Beliau menggunakan ٌمَيْز (Maizun) untuk menyebut 57 jumlah bait yang ada, dan menggunakan ٍّلِيْ حَيٌ غُر (li hayyun ghurrin) untuk menyebut 1258 dari tahun pembuatannya
أبْيَاتُهَا مَيْزٌ بِعَدِّ الْجُمَلِ * تَارِيْخُهَا لِيْ حَيٌُ غُرٍّ جُمَلِ
Sebelumnya, Pada masa pra-Islam dan awal Islam, bahasa Arab tidak mengenal titik dan diakritik. Huruf-huruf yang mirip dibedakan satu sama lain hanya dengan berdasarkan naluri, seperti Huruf ب (Ba'), ت (Ta') dan ث (Tsa') ditulis dalam bentuk gigi kecil, sedangkan huruf ج (Jim), ح (Ha') dan خ (Kha') ditulis sama dan hanya dibedakan ucapan. Kemudian muncullah Abu Al-Aswad Al-Du'ali (w: 69 H) yang menciptakan sistem diakritik pertama dalam bahasa Arab atas permintaan Ziyad bin Abihi, ia menggunakan titik diatas huruf untuk fathah, titik di bawah huruf untuk kasrah dan titik disebelah kiri huruf untuk dhammah. Titik-titik tersebut ditulis dengan warna merah dan hirufnya ditulis dengan warna hitam untuk membedakannya.
Selanjutnya, Pada pertengahan abad pertama Hijriah, yakni pada masa pemerintahan Khalifah Abdul Malik bin Marwan (w: 86 H) muncul Nasr bin Ashim al-Laytsi (w: 89 H) yang melakukan perubahan pada alfabet Arab, yakni dengan mengubah susunan huruf alfabet dari Alif, Ba', Jim, dal dst (bahasa Aram) kedalam urutan Alif, Ba', Ta', Tsa', Jim, Ha', Kha' sampai ya' yang dikenal dengan istilah huruf Manthuqah (huruf yang diucapkan) / huruf Hijaiyah (huruf yang digunakan untuk mengeja). Tujuannya adalah untuk mengelompokkan huruf-huruf yang mirip agar lebih mudah dibedakan dan dipelajari.
Kemudian pada kurun Selanjutnya, muncul Yahya bin Ya'mar al-Adwani (w: 129 H) yang menggagas adanya titik sebagai pembeda antara huruf yang sama dengan yang lain seperti titik di bawah huruf untuk Ba', dua titik di atas huruf untuk Ta', tiga titik di atas huruf untuk Tsa' dll. Titik-titik tersebut ditulis dengan warna hitam untuk membedakan dari titik-titik merah tanda harokat ciptaan Abu al-Aswad al-Du'ali, sebelum pada akhirnya titik-titik merah tanda baca itu dirubah dan diganti oleh Khalil bin Ahmad Al-Farahidi (w: 170 H) sebagaimana yang dikenali sekarang.
Walhasil, sejarah dan fungsi huruf Hijaiyyah menunjukkan bahwa huruf-huruf ini bukan sekadar sistem tulisan, tetapi juga simbol identitas budaya dan agama. perannya yang meluas dari masa ke masa menjadikan huruf ini sebagai salah satu warisan penting yang harus terus dilestarikan dan dipelajari oleh umat islam di seluruh dunia, sebagaimana sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Abdullah bin Mas'ud
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم: مَنْ قَرَأَ حَرْفًا مِنْ كِتَابِ اللَّهِ فَلَهُ بِهِ حَسَنَةٌ، بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا لاَ أَقُولُ الم حَرْفٌ، وَلَكِنْ أَلِفٌ حَرْفٌ، وَلامٌ حَرْفٌ، وَمِيمٌ حَرْفٌ ( رواه الترمذي والدارمي)
Wallahu Ta'ala a'lam.
0 Komentar