Kisah Abuya Dimyathi Banten Ketika Ingin Mondok Di PP Mbah Dalhar Watucongol Magelang



Suatu hari di sebuah pesantren di Watucongol, Magelang, KH Nahrowi Dalhar atau yang dikenal dengan Mbah Dalhar memberi kabar baik pada murid-muridnya. “Besok akan datang ‘kitab banyak’,” katanya. Para santri gembira akan kabar itu. ‘Kitab banyak’ yang dimaksud bukanlah buku dalam jumlah banyak. Itu adalah isyarat tentang seseorang yang memiliki banyak ilmu pengetahuan.

Siapa yang dimaksud oleh Mbah Dahlar sebagai sosok dinanti, tak diketahui satu santri pun.

Sampai waktunya tiba, orang tersebut dating. Dia diperkenalkan kepada para santri. Namanya adalah Abuya Dimyati. Namun, para santri bingung. Abuya Dimyati tak tampak seperti guru. Berhari-hari di sana, Abuya Dimyati lebih banyak diam. Sebaliknya, santri-santri segan bertanya.

Mbah Dalhar mengetahui hal tersebut. Dia pun akhirnya memanggil dan mengajukan pertanyaan kepada Abuya Dimyati di hari ke-40 orang itu berada di sana. “Sampeyan mau apa jauh-jauh ke sini?” katanya.

“Saya mau mondok, Mbah,” jawab Abuya.

“Perlu kamu ketahui, di sini enggak ada ilmu,” saut Mbah Dahlar. Dia kemudian menegaskan, “Ilmu itu ada di sampeyan. Kamu pulang saja, syarahi kitab-kitab Mbahmu.”

“Saya tetap mau ngaji saja di sini, Mbah,” jawab Abuya.

KH Nahrowi pun menukas; “Kalau begitu, kamu harus bantu ngajar dan enggak boleh punya teman.”

Dari permintaan itu Abuya Dimyati yang awalnya mau belajar ilmu agama, justru mengajar. Pengalaman seperti ini adalah satu dari banyak kisah yang dialaminya ketika dia hendak menambah ilmu dalam bidang agama. Padahal, sejatinya beliau cukup mumpuni di keilmuan, Alfatihaa.. 


"KISAH ABUYA DIMYATHI BANTEN KETIKA INGIN MONDOK DI PP. MBAH DALHAR WATUCONGOL MAGELANG"


0 Komentar