KH. Bisri Musthofa Rembang (w: 1397 H / 1977 M) dalam kitabnya “Tafsir Al-ibriz” saat menjelaskan, QS. Al-’araf: 157 menyebut Nabi Muhammad yang memiliki sifat “ummi” yakni tidak bisa menulis dan tidak bisa baca tulis. Tidak berhenti sampai disitu, KH. Bisri dalam Tafsirnya tersebut juga menolak dengan keras pemaknaan kata “ummi” sebagai bodoh, sebab pemaknaan seperti itu adalah salah dan termasuk tindakan su’ul adab (tidak sopan) pada Rasulullah. Menurutnya, kata “ummi” berasal dari kata “ummun” yang artinya adalah ibu atau seseorang yang masih bersandar pada ibunya, sehingga ketika kata tersebut dinisbatkan pada sifat Rasulullah, maka kata “ummi” itu mengandung arti seseorang yang tidak memiliki dosa sebagaimana seorang anak yg masih dalam pangkuan ibunya, atau juga bisa diartikan sebagai seorang yang tidak bisa membaca dan menulis layaknya seorang anak yang belum sekolah dan masih dalam pangkuan ibunya
أُمِّي اِيْكُوْ سغكغ تٓمبوغ اُمٌّ معناني إيبو اُتَوَا آمْبَوءْ. دادي أمي تكسي بوغسا آمْبَوءْ
Pendapat KH. Bisri tersebut senada dengan sabda Rasulullah dalam sebuah Hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim, bahwa Rasulullah bersama umatnya pada saat itu adalah umat yang ummiyyah yang tidak bisa menulis dan menghitung
إنَّا أُمَّةٌ أُمِّيَّةٌ، لا نكتُبُ ولا نَحْسِبُ، الشهرُ هكذا وهكذا
Demikian juga senada dengan pernyataan Ibnu Mandzur (w: 711 H) dalam kitabnya “Lisan al-'Arab” yang menyebut, bahwa ummi adalah keadaan seperti baru lahir dari rahim ibu yang belum belajar baca tulis
والأمي: الذي لا يكتب قال الزجاج الأمي الذي على خلقة الأمة لم يتعلم الكِتاب فهو على جبلته
Sementara itu, Syaikhina KH. Maimoen Zubair Sarang Ketika acara pengajian Akbar Haflah imtihan Akhirussanah Pondok pesantren Darul Huda Mayak Ponorogo pada 30 Juni 2007 M menjelaskan, bahwa orang Arab dulu disebut dengan “ummi”, karena kata itu berasal dari kata “ummun” yang berarti ibu, seperti orang dulu saat mengeluh yang selalu menyebut ibunya
“ Asal makno ummi iku mbok-mbok'en,
mak-mak'en, maknane nek sambat aduh
mbok, aduh mak..” dawuhnya
Beliau juga menjelaskan, bahwa Rasulullah juga disebut “ummi” yang tidak bisa membaca dan menulis adalah sebagaimana yang dialami oleh Sebagian besar kaumnya pada saat itu. Sebagian kecil dari kaumnya ada yg bisa tulis menulis namun tidak sesuai dengan kaidah ilmu Nahwu, hal ini seperti dijelaskan QS. Al-Jumu'ah: 2
هُوَ الَّذِي بَعَثَ فِي الْأُمِّيِّينَ رَسُولًا مِّنْهُمْ
Seperti diketahui, bahwa dalam Al-Qur'an kata “ummi” serta turunannya diulang sebanyak enam kali, dua diantaranya dalam bentuk mufrad (tunggal), yakni dalam QS. Al-'araf: 157 dan 158, sementara empat sisanya adlah dalam bentuk jamak, yakni dalam QS. Al-Baqarah: 78, QS. Ali Imran: 20 dan 75, serta QS. al-Jumu'ah: 02
“ Nabi buta huruf, sebab bangsane buta
huruf, gak mungkin wong mimpin yang tak
sama, gak podo berarti mengalihkan kultur
bangsa, malah kadang dadi penjajah..”
Selain itu, Syaikhina Maimoen juga menjelaskan, bahwa makna “ummi” tidak hanya sebatas tidak bisa membaca dan menulis, melainkan juga ada makna, bahwa Nabi disebut “ummi” sebab ia lahir di Ummul Quro, yakni Makkah, dimana tempat itu memiliki keistimewaan tidak pernah dijajah serta kekal dan takkan bisa hilang sampai datangnya kiamat, sebab setiap ada Negara yang tumbang, maka ibukotanya pun akan ikut hilang, tidak diketahui keberadaannya, seperti Babilion, Majapahit, Doho dan Mesir
“ Nabi iku memiliki keistimewaan lahir
ummul Quro, maknane ibukota, sing ora tau
dijajah lan terus ada sampai kiamat..”
Penjelasan Syaikhina Maimoen Zubair tentang “ummi” dengan arahan tafsir pada kata Ummul Quro ini sebagaimana penjelasan yang disebutkan dalam kitab Tafsir “al-Muharrar al-wajiz” karya dari Ibnu 'Athiyyah al-Andalusi (w: 549 H)
والأمي: يضم الهمزة، قيل: نسبة إلى أم القرى وهي مكة واللفظة على هذا مختصة بالنبي صلى الله عليه وسلم
Syaikhina Maimoen juga menyebut, bahwa “ummi” juga bisa berarti seseorang yng paling tahu kitab, sebab Rasulullah sebagian besar mengetahui apa yang telah ditulis di Lauhil Mahfud. Selain itu, Jika Yahudi dan Nasrani disebut sebagai Ahli kitab, maka Rasulullah sendiri adalah Ummul kitab
“ Nabi senajan buta huruf, tapi reti opo opo,
sebab akeh perso dateng Lauhil Mahfudz..”
Walhasil, ada banyak sekali pendapat tentang tafsir dari kata “ummi” sejak zaman dulu, seperti ada yang mengartikan sebagai lugu atau polos, tidak punya dosa, tidak pernah membaca alkitab, dilahirkan di ummul Quro, dll. Namun pendapat itu tidak menafikan pendapat kuat, bahwa Rasulullah tidak bisa membaca dan menulis, Sebab selain itu sebagai keistimewaan baginya yang membuktikan bahwa Al-Qur'an adalah orisinil dari Allah, juga seperti dalam QS. Al-'ankabut: 48, bahwa Rasulullah tidak pernah membaca kitab Nabi sebelumnya
وَمَا كُنتَ تَتْلُو مِن قَبْلِهِ مِن كِتَابٍ وَلَا تَخُطُّهُ بِيَمِينِكَ ۖ إِذًا لَّارْتَابَ الْمُبْطِلُونَ
Wallahu a'lam bis Shawab.
0 Komentar