Ishmatullah kepada Nabi ﷺ

Ishmatullah kepada Nabi ﷺ

وقد ذهب الجمهور من العلماء والمحققين إلى أن النبي ﷺ معصوم عن الخطأ بعصمة الله تعالى له ، واستدلوا على ذلك بوجوه من الأدلة المفصلة في مطولات كتب التفسير وأصول الفقه .

Mayoritas ulama dan para muhaqqiq (peneliti) berpendapat bahwa Nabi ﷺ ma'shum (dijaga) dari kesalahan oleh perlindungan Allah Ta'ala kepada beliau. Mereka beristidlal (berdalil/mendasarkan) pendapat ini pada berbagai dalil yang rinci dalam kitab-kitab tafsir dan ushul fikih yang panjang.

قالوا : وإن نسبة الخطأ إليه ﷺ في أمر ما ، تحتاج إلى دليل يثبت ذلك ، ولم يرد نص من آية أو حديث تثبت تخطئته في أمر من الأمور ؛ بل ولم يرد على لسان الصحابة نسبة الخطأ إلى النبي ﷺ أصلاً .

Mereka berkata: Menisbatkan kesalahan kepada Nabi ﷺ dalam suatu hal memerlukan dalil yang memvalidasi akan hal itu, namun tidak ada teks ayat atau hadis yang memvalidasi kesalahan beliau dalam perkara apapun. Bahkan, tidak ada satu pun sahabat yang menisbatkan kesalahan kepada Nabi ﷺ sama sekali.

وذهب جماعة من العلماء إلى أنه يجوز الخطأ عليه دون أن يُقر عليه ، لتنبيه الوحي إياه ، واستدلوا على ذلك بقصة أسرى بدر ، وقصة تأبير النخل ، وربما أوردوا قصة نزوله يوم بدر في مكان ثم تحوله عنه ، عملاً برأي الحباب بن المنذر .

Sementara itu, sekelompok ulama lain berpendapat bahwa bisa jadi kesalahan terjadi pada Nabi, namun beliau tidak akan dibiarkan tetap dalam kesalahan tersebut karena wahyu akan segera menegurnya. Mereka ini berdalil dengan kisah tawanan perang Badar, kisah penyerbukan kurma, dan mungkin juga kisah Nabi ﷺ memilih tempat saat Perang Badar lalu menerima saran dari al-Hubab bin Al-Mundzir.

ولكن لدى التحقيق وتسديد النظر ، يتضح أنه ليس للاستدلال بذلك على ما قالوه من أثر ، بل إن الصواب هو فيما فعله رسول الله ﷺ وفيهما قاله قطعاً ، وإنه لم يخطىء رسول الله ﷺ في جميع ذلك أصلا.

Namun, dengan penelitian yang cermat dan mengarahkan pandangan yang tepat, jelaslah bahwa dalil yang mereka gunakan untuk mendukung pendapat mereka ini tidak relevan. Bahkan, kebenaran terletak pada apa yang dilakukan dan dikatakan oleh Rasulullah ﷺ dengan pasti, dan beliau tidak melakukan kesalahan dalam semua hal tersebut sama sekali.

Selanjutnya, Syekh Abdullah Sirajuddin menyanggah dengan detail menisbatkan kesalahan pada Nabi terkait kisah tawanan perang Badar, kisah penyerbukan kurma, dan  kisah Nabi ﷺ memilih tempat saat Perang Badar lalu menerima saran dari al-Hubab bin Al-Mundzir sepanjang ± 23 halaman dalam kitab سيدنا محمد رسول الله ﷺ شمائله الحميدة خصاله المجيدة

Rahimahullah.

0 Komentar