KH. Misbah Zainal Mustofa Bangilan dalam kitabnya "Masailun Nisa" dengan tegas menjelaskan, bahwa Tradisi mapati & mitoni kandungan sebagaimana yg orang² Jawa lakukan tidaklah ditemukan dalil & dasar hukumnya, meskipun dalam kitab "Madzahibul arba'ah" dijelaskan Sunah hukumnya mengajak makan teman atau kerabat ketika seseorang mendapat kebahagiaan, Bahkan beliau mengecam keras tradisi² semacam membuat Puntong dari janur kuning dalam mapati & mitoni itu
ناغيغ كغ يوكٓراكي اتي ياايكو اوفاچارا انا اغ نليكاني وليمة الحمل، كاي كاوي فونطاغ ياايكو تاكير واداه سٓكا سغكغ جانور كونيغ، سٓكاني اوكا سٓكا كونيغ، نولي انا واداه مانيه كغ أنا ايسيني سوروه، كامبير لن لييا٢ ني
Sementara itu, Syaikhina Maimoen Zubair dlam berbagai kesempatan, seperti saat peringatan Akhirussanah Ahbabun Nabi di Masjid Jami' Lasem pada 28 Juli 2011, acara Nuzulul Qur'an di PP Khozinatul Ulum Blora pada 8 Agustus 2012 dan acara khotmil Qur'an di PP al-Hamidiyyah Lasem pada 2 Robiul Awal 1440 H / 10 November 2018 M menyampaikan tentang bagaimana pentingnya mitoni bayi yg didalam kandungan, Bahkan jika disuruh memilih antara mapati & mitoni, maka menurut beliau yg dikedepankan adalah acara mitoni. Hal ini didasarkan pada kenyataan, bahwa Rasulullah mulai dikandung ibunya kamis malam Jum'at 10 Rajab 570 M yg Selanjutnya pada bulan Muharram usia kandungan mencapai 7 bulan, sebagaimana dawuh Sahal al-Tustari
قَالَ سَهْلُ بن عَبْدِ اللهِ التُّسْتُرِي: لَمَا أَرَادَ اللهُ تَعَالَى خَلْقَ مُحَمَّدٍ ﷺ فِي بَطْنِ أُمِّهِ آمِنَةَ لَيْلَةَ رَجَبَ وَكَانَتْ لَيْلَةَ الجُمْعَةِ، أَمَرَ اللهُ تَعَالَى فِي تِلْكَ اللَّيْلَةِ رِضْوَانَ خَازِنَ الجِنَانِ أَنْ يَفْتَحَ الفِرْدَوْسَ وَيُنَادِي مُنَادٍ فِي السَّمَوَاتِ وَالأَرْضِ، أَلاَ إِنَّ النُّورَ المَخْزُوْنَ المَكْنُونَ الَّذِي يَكُوْنُ مِنْهُ النَّبِيُّ الهَادِي فِي هَذِهِ اللَّيْلَةِ يَسْتَقِرُّ فِي بَطْنِ أُمِّهِ الَّذِي يَتِمُّ خَلْقَهُ وَيَخْرُجُ لِلنَّاسِ بَشِيْرًا وَنَذِيْرًا
Beliau melanjutkan, bahwa dulu Bulan yg dimuliakan (Al-Asyhur Al-Hurum) itu hanya ada 4 bulan saja, yakni : Rejeb (Rajab), Selo (Dzulqo’dah), Besar (Dzulhijjah) & Suro (Muharram), namun sebagai bentuk "nyelameti" (merayakan) usia 7 bulan kehamilan Sayidah Aminah, Ibunda Rasulullah, 4 bulan mulia itu lalu dirangkai berurutan menjadi 7 bulan, yaitu: Rejeb, Ruwah, Poso, Syawwal, Selo, Besar & Suro yg mana hitungannya mengacu pada bulan bukan hari, dimana kiai kuno dulu menyebutnya sbg "Pitu mencorong" bukan tujuh bulan
" Mulane Nak Ono kiai Saiki sing
ora gelem mitoni, Kuwalat Yo !
Sing penting iku mitoni dari pada
mapati, Wong kanjeng Nabi mawon
dipitoni kok gih ?"
Menurut Syaikhina Muhammad Najih Maimoen dalam kitabnya "al-Risaalah al-Kafiyah", bahwa adat istiadat orang² Jawa, yakni perkumpulan seorang yg diundang utk melaksanakan acara maulid Nabi saat umur janin sempurna 6 bulan didalam kandungan / yg dikenal dg mitoni adlh hal bid'ah yg di perkenankan. Dan kegiatan ini tidak mengandung unsur keharaman maupun kemakruhan, karena itu termasuk wasilah agar terkabulkannya sebuah do'a atas janin yg sudah sempurna 6 bulan dalam kandungan dg niat agar diberi keselamatan & kebaikan setelah lahir serta mengamalkan QS. al-A'raf: 189
هُوَ الَّذِىۡ خَلَقَكُمۡ مِّنۡ نَّـفۡسٍ وَّاحِدَةٍ وَّجَعَلَ مِنۡهَا زَوۡجَهَا لِيَسۡكُنَ اِلَيۡهَا ۚ فَلَمَّا تَغَشّٰٮهَا حَمَلَتۡ حَمۡلًا خَفِيۡفًا فَمَرَّتۡ بِهٖ ۚ فَلَمَّاۤ اَثۡقَلَتۡ دَّعَوَا اللّٰهَ رَبَّهُمَا لَٮِٕنۡ اٰتَيۡتَـنَا صَالِحًا لَّـنَكُوۡنَنَّ مِنَ الشّٰكِرِيۡنَ
Menurut KH. Sya'roni Ahmadi Kudus saat membaca Tafsir al-Jalalain QS al-Isra': 13, bahwa dalil / dasar hukum dari tradisi mapati adlh sebuah hadis yg diriwayatkan oleh Imam Bukhari, dimana disitu dianjurkan untuk bersedekah sebagemana umumnya seorang saat meraih kebahagiaan
إِنَّ أَحَدَكُمْ يُجْمَعُ خَلْقُهُ فِيْ بَطْنِ أُمِّهِ أَرْبَعِيْنَ يَوْمَاً نُطْفَةً، ثُمَّ يَكُوْنُ عَلَقَةً مِثْلَ ذَلِكَ، ثُمَّ يَكُوْنُ مُضْغَةً مِثْلَ ذَلِكَ، ثُمَّ يُرْسَلُ إِلَيْهِ الـْمَلَكُ فَيَنفُخُ فِيْهِ الرٌّوْحَ، وَيُؤْمَرُ بِأَرْبَعِ كَلِمَاتٍ: بِكَتْبِ رِزْقِهِ وَأَجَلِهِ وَعَمَلِهِ وَشَقِيٌّ أَوْ سَعِيْدٌ
Sedangkan dalil / dasar hukum dari tradisi mitoni terdapat dlm dlm QS. al-A'rof: 189 yg mana dijelaskan, bahwa Allah menciptakan manusia, yakni Nabi Adam (خَلَقَكُمۡ), lalu menciptakan pasangannya, yakni Hawa' (وَّجَعَلَ مِنۡهَا زَوۡجَهَا) supaya hidup menjadi tentram & nyaman (لِيَسۡكُنَ اِلَيۡهَا), Kemudian setelah berkumpul maka akan mengandung dengan kandungan yang kecil (حَمَلَتۡ حَمۡلًا خَفِيۡفًا) yg mana dg kandungan Itu seorang masih bisa bepergian (فَمَرَّتۡ بِهٖ), selanjtnya kandungan itu akan membesar, yakni sekitar tujuh bulan (فَلَمَّاۤ اَثۡقَلَتۡ) dan orang tua diperintahkan untuk berdoa pada Allah sebage bentuk rasa sukur (دَّعَوَا اللّٰهَ رَبَّهُمَا)
" Perkembangan kandungan iku Ono
limo, koyo sing disebutno Ning
al-Muminun: 14, tiap proses iku
40 dino, dadi 40×5 iku Pitu Wulan
kurang sithik, sing disebut wong kuno
Pitu mlaku.. " dawuh yai Sya'roni
Wallahu a'lam
0 Komentar