Syekh Ibnu Taimiyyah mengatakan :
إذَا تَبَيَّنَ هَذَا فَقَدْ حَدَثَ الْعُلَمَاءُ الْمَرْضِيُّونَ وَأَوْلِيَاؤُهُ الْمَقْبُولُونَ : أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُجْلِسُهُ رَبُّهُ عَلَى الْعَرْشِ مَعَهُ . رَوَى ذَلِكَ مُحَمَّدُ بْنُ فَضِيلٍ عَنْ لَيْثٍ عَنْ مُجَاهِدٍ ؛ فِي تَفْسِيرِ : { عَسَى أَنْ يَبْعَثَكَ رَبُّكَ مَقَامًا مَحْمُودًا } وَذَكَرَ ذَلِكَ مِنْ وُجُوهٍ أُخْرَى مَرْفُوعَةٍ وَغَيْرِ مَرْفُوعَةٍ قَالَ ابْنُ جَرِيرٍ : وَهَذَا لَيْسَ مُنَاقِضًا لِمَا اسْتَفَاضَتْ بِهِ الْأَحَادِيثُ مِنْ أَنَّ الْمَقَامَ الْمَحْمُودَ هُوَ الشَّفَاعَةُ بِاتِّفَاقِ الْأَئِمَّةِ مِنْ جَمِيعِ مَنْ يَنْتَحِلُ الْإِسْلَامَ وَيَدَّعِيه لَا يَقُولُ إنَّ إجْلَاسَهُ عَلَى الْعَرْشِ مُنْكَرًا. وَإِنَّمَا أَنْكَرَهُ بَعْضُ الْجَهْمِيَّة وَلَا ذَكَرَهُ فِي تَفْسِيرِ الْآيَةِ مُنْكَرٌ
“Jika telah jelas hal ini, maka sungguh para ulama yang diridhai dan para wali yang diterima telah menceritakan bahwa “ Muhammad Rasulullah shallahu ‘alaihi wa sallam akan Allah dudukkan di atas Arsy bersama-Nya “, telah meriwayatkannya Muhamamd bin Fudhail dari Laits dari Mujahid tentang tafsir “ Semoga Allah memberikan padamu kedudukan yang terpuji “, dan menyebutkan riwayat ini dari jalan lainnya yang marfu’ dan (bukan marfu’) mauquf. Ibnu Jarir berkata : “ Ini tidaklah bertentangan dengan hadits-hadits yang menjelaskan bahwa maqam Mahmud adalah syafa’at dengan kesepakatan para imam dari seluruh orang yang mengaku Islam, tidak mengatakan bahwa riwayat Allah mendudukkan nabi di atas arsy itu hadits munkar, sesungguhnya yang mengingkarinya hanyalah sebagian dari kelompk jahmiyyah, beliaupun tidak menyebutkan munkar dalam tafsir ayat itu.“ (Majmu al-Fatawa : 4/374)
Penjelasan :
Ucapan Syekh Ibnu Taimiyyah ini mengandung dua pemahaman :
Pertama : Allah duduk di atas Arsy
Kedua : Allah mendudukkan Nabi Muhammad di atas Arsy.
Ketiga : Allah bersama Nabi bersama-sama duduk di atas Arsy.
Ibnu Taimiyyah dengan mengatasnamakan imam ath-Thabari mengatakan bahwa nabi Muhammad akan Allah dudukkan bersama-Nya di atas Arsy. Dan Ibnu Taimiyyah juga mengatasnamakan imam Ath-Thabari bahwa ucapan ini telah disepakati oleh seluruh umat Islam dan tidak ada yang mengatakan hadits ini mungkar kecuali sebagian kaum Jahmiyyah.
Benarkah apa yang dikatakan Ibnu Taimiyyah bahwa imam Ath-Thabari mengatakan seperti itu... ???
Imam ibnu Jarir ath-Thabari mengatakan :
وهذا وإن كان هو الصحيح من القول فـي تأويـل قوله عَسَى أنْ يَبْعَثَكَ رَبّكَ مَقاما مَـحْمُودا لـما ذكرنا من الرواية عن رسول الله صلى الله عليه وسلم وأصحابه والتابعين، فإن ما قاله مـجاهد من أن الله يُقعد مـحمدا صلى الله عليه وسلم علـى عرشه، قول غير مدفوع صحته، لا من جهة خبر ولا نظر
“Dan pendapat ini (maqam Mahmud bermakna syafa’at) adalah pendapat yang sahih, dalam menafsirkan ayat “ Semoga Allah membangkitkanmu dan memberikanmu maqam yang terpuji “ dari riwayat-riwayat yang telah kami sebutkan dari Rasulullah shallahu ‘alaihi wa sallam, para sahabat dan tabi’in, maka apa yang dikatakan oleh Mujahid bahwa Allah mendudukkan Muhamamd Shallahu ‘alaihi wa sallam di atas Arsy, asalah ucapan yang tidak boleh ditolak kesahihannya, tidak dari segi khobar maupun pendapat “.
Penjelasan :
Yang dibicarakan di sini adalah bukan duduknya Allah berasama Nabi di atas Arsy, melainkan duduknya Nabi di atas Arsy. Ath-Thabari mengaskan bahwa tidak mustahil Allah mendudukkan Nabi di atas Arsy, coba perhatikan kembali ucapan beliau ini :
فإن ما قاله مـجاهد من أن الله يُقعد مـحمدا صلى الله عليه وسلم علـى عرشه، قول غير مدفوع صحته، لا من جهة خبر ولا نظر
Sesungguhnya apa yang dikatakan oleh Mujahid bahwa Allah mendudukkan Muhammad Shallahu ‘alaihi wa sallam di atas Arsy, asalah ucapan yang tidak boleh ditolak kesahihannya, tidak dari segi khobar maupun pendapat “. (Tafsir ath-Thabari juz 15 halaman 100 atau jilid ke tujuh halaman 5240 cetakan Dar as-Salam)
Dari penjelasan ath-Thabari ini sangat dipahami bahwa beliau sedang membicarakan duduknya Nabi di atas Arsy, bagi beliau hal ini tidaklah mustahil sebab tidak ada satu pun hadits maupun atsar yang mengatakan mustahil. Pemahaman seperti inilah yang tidak boleh ditolak. Karena duduknya makhluk di atas makhluk tidaklah mustahil terlebih adalah Nabi Muhammad shallahu ‘alaihi wa sallam yang lebih utama daripada Arsy.
Sepeti penjelasan ath-Thabari dibawah ini bahwa dengan jelas beliau bermaksud menetapkan tidak mustahil duduknya Nabi di atas Arsy bukan membahas duduknya Allah di atas Arsy, sebagaimana kesimpulan akhir beliau ini :
، فقد تبين إذا بما قلنا أنه غير محال في قول أحد ممن ينتحل الإسلام ما قاله مجاهد من أن الله تبارك وتعالى يقعد محمدا على عرشه
“Maka menjadi jelas dari apa yang kami katakan bahwasanya tidak mustahil ucapan orang yang mengaku Islam dari apa yang diucapkan Mujahid berupa ucapan bahwa Allah mendudukkan nabi Muhammad di atas Arsy-Nya.“
Perkataan Imam Ibnu Jarir Ath-Thobari di dalam kitab tafsirnya :
حدثنا عباد بن يعقوب الأسدي، قال: ثنا ابن فضيل، عن ليث، عن مجاهد، في قوله (عَسَى أَنْ يَبْعَثَكَ رَبُّكَ مَقَامًا مَحْمُودًا) قال: يُجْلسه معه على عرشه.
Telah menceritakan kepada kami 'Ubbad bin Ya'qub Al Asadiy, dia berkata menceritakan kepada kami Ibnu Fudhoil dari Laits dari Mujahid tentang firman Allah (mudah-mudahan Tuhanmu akan mengangkatmu ke tempat yang terpuji) Mujahid berkata : Allah mendudukkan nabi Muhammmad bersamaNya di atas Arsy.
Jadi yang dibahas didudukkannya Nabi diatas arsy, bukan duduknya Allah, karena hal tersebut justru dianggap mustahil oleh Ibnu Jarir.
Riwayat Mujahid ini BATIL MATAN dan SANADNYA :
- Matannya bertentangan dengan riwayat Mujahid yg lain bahwa maqam mahmud ialah Nabi Muhammad menberikan syafa’at kepada umatnya.
- Sanad terdapat perowi yang bernama :
1. 'Ubbad bin Ya'quub Al Asadiy :
عباد الأسدي : قال ابن حجر : بالغ ابن حبّان فقال يستحق الترك وقال هو صدوق رافضي . تقريب التهذيب ( ج1 ص291 ).
Ibnu Hajar berkata : Ibnu Hibban berlebihan dengan mengatakan 'Ubbad Al Asasdiy layak untuk ditinggalkan, dan mengatakan dia shoduq tapi rofidhiy (syi'ah).
2. Laits bin Saliim :
ليث بن سليم : قال ابن حجر : صدوق اختلط جدا ولم يتميز حديثه فترك من السادسة مات سنة ثمان وأربعين . ابن حجر تقريب التهذيب (ج1 ص464 ) .
Ibnu Hajar berkata Shoduq, banyak sekali melakukan ikhtilath dan tidak bisa dibedakan hadits maka ditinggalkan oleh imam yang enam.
Al Imam Adz-Dzahabi rahimahulloh dalam Al-uluw (1/170) :
وأما الذهبي فقد قال في كتابه العلو (١/١٧٠):
فأما قضية قعود نبينا على العرش فلم يثبت في ذلك نص بل في الباب حديث واه
Adapun isu berkenaan Allah Taala meletakkan baginda shallahu alaihi wasallam di atas Arasy tidak tsabit demikian itu sebagai nash bahkan di dalam hadis tsb ada kelemahan.
Adz Dzahabi juga berkata ;
وقال أيضا صـ (١\١٣١): ويروى مرفوعا وهو باطل.اهـ
Diriwayat (Mujahid melalui'Ubbad bin Ya'qub Al Asadiy dan dari Laits bin Saliim ) sebagai marfu' maka ini adalah BATIL sama sekali.
Berkata Al Albaniy di dalam mukhtashor Al Uluww :
قال الألباني في مختصر العلو (ص234) :
هذا تفسير مقطوع غير مرفوع عن النبي صلى الله عليه وسلم ولو صح ذلك مرسلا لم يكن فيه حجة فكيف وهو مقطوع موقوف على بعض التابعين.
Tafsir ini terputus tidak menyambung kepada nabi shallallaahu alaihi wa sallam, meskipun sahih dikatakan mursal, tidaklah bisa dijadikan hujjah, bagaimanapun juga riwayat tersebut terputus, berhenti kepada sebagian tabi'in.
Pernyataan Syekh Ibnu Taimiyyah ini di dukung oleh murid beliau Syekh Ibnul Qayyim dalam Qashidah Nûniyyah-nya, semakin memperjelas akidahnya :
متن القصيدة النونية لابن القيم - (ج 1 / ص 30)
وزعمت أن محمدا أسرى به ... ليلا إليه فهو منه دان
وزعمت أن محمدا يوم اللقا ... يدنيه رب العرش بالرضوان
حتى يرى المختار حقا قاعدا ... معه على العرش الرفيع الشان
وزعمت أن لعرشه أطا به ... كالرحل أطّ براكب عجلان
Dan aku mengakui bahwa Muhammad di-Isra’kan di malam hari dan dia Mendekat kepada Dia (Allah).
Dan aku mengakui bahwa Muhammad di hari Kiamat akan didekatkan oleh Tuhan Pemilik Arsy dengan keridhaan.
Sehingga dia yang terpilih (Nabi Muhammad) menyaksikan Tuhan sedang duduk bersamanya di atas Arsy yang tinggi kedudukannya.
Komentar al-Imam Abdul Barr berikut ini :
على هذا أهل العلم في تأويل قول الله عز وجل : ( عَسَى أَنْ يَبْعَثَكَ رَبُّكَ مَقَاماً مَحْمُوداً ) أنه الشفاعة .
وقد روي عن مجاهد أن المقام المحمود أن يقعده معه يوم القيامة على العرش ، وهذا عندهم منكر في تفسير هذه الآية .
والذي عليه جماعة العلماء من الصحابة والتابعين ومن بعدهم من الخالفين أن المقام المحمود هو المقام الذي يشفع فيه لأمته ، وقد روي عن مجاهد مثل ما عليه الجماعة من ذلك ، فصار إجماعا في تأويل الآية من أهل العلم بالكتاب والسنة
ذكر ابن أبي شيبة عن شبابة ، عن ورقاء ، عن ابن أبي نجيح ، عن مجاهد في قوله تعالى : ( عَسَى أَنْ يَبْعَثَكَ
رَبُّكَ مَقَاماً مَحْمُوداً ) قال : شفاعة محمد صلى الله عليه وسلم
“Atas dasar inilah para ulama mentakwil firman Allah “ Semoga Tuhanmu menutusmu kepada kedudukan yang terpuji “, ditafsirkan dengan syafa’at. Dan telah diriwayatkan dari Mujahid bahwa maqam mahmud adalah Allah mendudukkan Nabi Muhammad bersama-Nya di atas Arsy, dan ini menurut mereka (para ulama) adalah mungkar di dalam menafsirkan ayat ini. Dan yang disepakati oleh kelompok ulama dari sahabat, tabi’in dan setelahnya dari orang yang berbeda pendapat dari Mujahid adalah bahwa maqam mahmud ialah Nabi Muhammad menberikan syafa’at kepada umatnya. Ini juga diriwayatkan dari Mujahid sebagaimana pendapat jumhur ulama. Maka hal ini menjadi ijma’ di dalam mentakwil ayat dari para ulama dengan Quran dan sunnah. Ibnu Abi Syaibah menyebutkan dari Syubabah dari Warqa dari Ibnu Abi Najih dari Mujahid tentang firman Allah Ta’ala “ Semoga Allah mengutusmu kepada kedudukan yang terpuji “, berkata bahwa itu adalah syafa’at nabi Muhammad shallahu ‘alaihi wa sallam.“(At-Tamhid : 19/63-64)
Pada akhir hayatnya Imam Ibnu Jarir Ath Thobariy juga semakin memperjelas bahwa beliau beraqidah Allah tidak mempunyai teman dan tidak pernah duduk di atas Arsy :
Imam as-Suyuthi bercerita :
وفي بعض المجامع أن قاصا جلس ببغداد فروى في تفسير قوله تعالى { عسى أن يبعثك ربك مقاما محمودا } أنه يجلسه معه على عرشه فبلغ ذلك الإمام محمد بن جرير الطبري فاحتد من ذلك وبالغ في إنكاره وكتب على باب داره سبحان من ليس له أنيس ولا له في عرشه جليس فثارت عليه عوام بغداد ورجموا بيته بالحجارة حتى انسد بابه بالحجارة وعلت عليه
“ Di sebagian perkumpulan, sesungguhnya ada seorang pencerita duduk bermajlis di Baghdad, lalu ia membawakan riwayat tafsir ayat “ Semoga Tuhanmu membangkitkanmu dengan kedudukan yang terpuji “, sesungguhnya Allah akan mendudukkan Nabi bersamaNya di atas Arsy-Nya. Maka kabar ini sampai didengar oleh imam ath-Thabari sangat marah dari hal itu dan sangat mengingkarinya, maka beliau menulis di pintu rumahnya : “ Maha Suci Dzat yang tidak memiliki teman dekat (anis) dan tidak pernah duduk di atas Arsy-Nya “. Maka kaum awam Baghdad terprofokasi dan melempari beliau dengan batu hingga pintu rumahnya penuh dengan batu yang menutupinya “.
[Al-Asrar al-Marfuu’ah fil Akbaar al-Maudhu’ah : 1/61]
Kisah ini juga disebutkan juga oleh al-Imam Yaqut al-Hamawi dalam kitab tarikhnya Mu’jam al-Udaba : 6/2450. Ibnu Atsir menyebutkannya dalam kitabnya al-Kamil fit Tarikh, as-Subuki menyebutkannya di ath-Thabaqat, Ibnu Katsir menyebutkannya di kitab Tarikhnya Al-Bidayah : 11/146, as-Suyuthi menyebutkan di Tahdzir al-Khawwash min Ahaadits al-Qashshash : 1/161 dan lainnya.
Kronologinya, saat itu imam Ibnu Jarir tiba di kota Baghdad, maka Abu Abdillah al-Jashshash, Jakfar bin ‘Arafah, al-Bayyadhi dan Hanabilah mendatangi beliau yang saat itu berada di masjid Jami’ hari Jum’at, lalu mereka bertanya tentang imam Ahmad bin Hanbal dan tentang hadits yang menjelaskan Nabi duduk bersama Allah di atas Arsy. Maka imam ath-Thabari menjawab, “ Imam Ahmad ikhtilafnya tidak dianggap, adapun hadits julus, maka itu adalah mustahil “, lalu beliau mengucapkan :
سبحان من ليس له أنيس, ولا له في عرشه جليس
“ Maha Suci Dzat yang tidak memiliki teman dekat dan tidak pernah duduk di atas Arsy-Nya “
Maka jawaban beliau ini didengar oleh kaum Hanabilah lainnya, segera mereka lari mendatangi imam Ibnu Jarir dan melempari beliau dengan benda-benda. Maka beliau pulang ke rumahnya dan menulis di pintu rumahnya : “ Maha Suci Dzat yang tidak memiliki teman dekat dan tidak pernah duduk di atas Arsy-Nya “dan diikuti oleh banyak kaum Hanabilah dan melempari pintu beliau dengan batu sehingga rumah beliau tertutupi dengan gundukan batu. Kemudian kaum Hanabilah menghapus tulisan di pintu beliau itu dan menggantinya dengan tulisan : “ Nabi Muhammad memiliki kedudukan yang tinggi, kelak akan duduk di sisi Allah di atas Arsy-Nya “. Beliau berkholwat begitu lama dalam rumahnya hingga wafat di malam hari.
[Lihat kitab Mu’jam al-Udaba : 18/57-59]
MEMBONGKAR KLAIM SYEKH IBNU TAIMIYYAH BAHWA ALLAH DUDUK BERSAMA NABI DI ATAS ARSY.....
Wallaahu a'lam.....
0 Komentar