Apakah batal puasanya seseorang yang menggunakan obat tetes mata, sebab biasanya obat tersebut akan terasa pahit di tenggorokan.
.
Jawaban:
.
Tidak batal, sebab mata tidaklah termasuk lubang yang tembus sampai jauf, adapun rasa yang ada di tenggorokan setelah menggunakan obat tetes mata adalah datang melalui pori-pori.
.
Referensi:
(Hasyiyah Qolyubi: maktabah syamilah)
(وَلَا) يَضُرُّ (الِاكْتِحَالُ وَإِنْ وَجَدَ طَعْمَهُ) أَيْ الْكُحْلِ (بِحَلْقِهِ) لِأَنَّهُ لَا مَنْفَذَ مِنْ الْعَيْنِ إلَى الْحَلْقِ وَالْوَاصِلِ إلَيْهِ مِنْ الْمَسَامِّ
(Dan) tidaklah berbahaya/tidak merusak puasa (bercelak mata, meski aromanya tercium/terasa) yakni aroma dari celak tersebut (di tenggorokan) sebab tidak ada saluran dari mata yang sampai ke tenggorokan, sedangkan sesuatu yang sampai di tenggorokan dan terasa aromanya adalah melalui pori-pori.
[القليوبي، حاشيتا قليوبي وعميرة، ٧٢/٢]
___________
(Al-fiqh Al-manhaji: Maktabah Syamilah)
والمنفذ المفتوح: هو الفم والأذن والقبل والدبر من الذكر والأنثى.
Saluran lubang yang terbuka adalah: mulut, telinga, qubul dan dubur laki-laki dan perempuan
فالقطرة من الأذن مفطرة، لأنها منفذ مفتوح والقطرة في العين غير مفطرة، لأنه منفذ غير مفتوح.
.
Maka, tetesan yang masuk yang telinga dapat membatalkan puasa, sebab itu adalah saluran lubang yang terbuka. Sedangkan tetesan yang masuk ke jauf dari mata tidak membatalkan, sebab itu bukan saluran lubang yang terbuka.
[مجموعة من المؤلفين، الفقه المنهجي على مذهب الإمام الشافعي، ٨٤/٢]
________
(Mughni Muhtaj: maktabah syamilah)
(وَلَا) يَضُرُّ (الِاكْتِحَالُ وَإِنْ وَجَدَ طَعْمَهُ) أَيْ الْكُحْلِ (بِحَلْقِهِ) ؛ لِأَنَّ الْوَاصِلَ إلَيْهِ مِنْ الْمَسَامِّ. وَقَدْ رَوَى الْبَيْهَقِيُّ «أَنَّهُ - صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ - كَانَ يَكْتَحِلُ بِالْإِثْمِدِ وَهُوَ صَائِمٌ» فَلَا يُكْرَهُ الِاكْتِحَالُ لِلصَّائِمِ.
.
Dan tidak bermasalah memakai celak mata, meski ditemukan rasanya celak di tenggorokan, sebab yang sampai dan terasa di tenggorokan itu dari pori-pori. Imam Baihaqi meriwayatkan bahwa Nabi Saw. bercelak menggunakan itsmid sedangkan beliau sendiri tengah berpuasa. Maka, bercelak saat berpuasa tidak dimakruhkan.
[الخطيب الشربيني ,مغني المحتاج إلى معرفة معاني ألفاظ المنهاج ,2/156]
________
(I'anah Tholibin: Maktabah Syamilah)
(قوله: الأولى للصائم ترك الاكتحال) أي لما فيه من الزينة والترفه اللذين لا يناسبان الصوم، وللخروج من خلاف الإمام مالك رضي الله عنه، فإنه يقول بإفطاره به، ويعلم من التعبير بالأولوية أن الاكتحال: خلاف الأولى فقط
.
(Ucapan Mushonnif: utamanya bagi orang yang berpuasa tidak menggunakan celak mata) yakni, sebab dalam bercelak mata adalah termasuk berhias dan bermewah/hiburan buat orang-orang yang tidak sepatutnya dilakukan bagi orang yang berpuasa, dan juga agar keluar dari menyelisihi Imam Malik Ra. yang mengatakan bercelak membatalkan puasa. Dan diketahuilah dari ta'bir yang diprioritaskan bahwa bercelak saat puasa hanya dihukumi khilaful aula saja.
.
، فلا يضر، وإن وجد لون الكحل في نحو نخامته وطعمه بحلقه، إذ لا منفذ من عينه لحلقه، فهو كالواصل من المسام.
.
Maka, tidaklah menjadi masalah (tidak membatalkan puasa) meski ditemuinya warna celak tersebut di saluran hidung dan terasa rasanya di tenggorokan, sebab tidak ada saluran terbuka dari mata ke tenggorokan, dan itu seperti sesuatu yang datang pori-pori.
.
وروى البيهقي والحاكم أنه - صلى الله عليه وسلم -: كان يكتحل بالإثمد وهو صائم لكن ضعفه في المجموع.
.
Adapun riwayat Imam Baihaqy dan Al-Hakim bahwa Nabi Saw. bercelak mata dengan itsmid sedangkan beliau sedang berpuasa. Didloifkan dalam kitab al-majmuk.
[إعانة الطالبين على حل ألفاظ فتح المعين، ٢٨١/٢]
__________
(Ibnu Hajar Al-Haitami, Minhajul Qawim, halaman 246).
وإنما يفطر بإدخال ما ذكر إلى الجوف (بشرط دخوله) إليه (من منفذ مفتوح) كما تقرر (و) من ثم (لا يضر تشرب المسام) بتثليث الميم وهي ثقب البدن (بالدهن والكحل والإغتسال) فلا يفطر بذلك وإن وصل جوفه لأنه لما لم يصل من منفذ مفتوح كان في حيز العفو ولا كراهة في ذلك لكنه خلاف الأولى
.
Puasa menjadi batal karena memasukkan sesuatu yang telah tersebut ke dalam rongga dalam tubuh dengan syarat masuk ke dalamnya melalui rongga luar terbuka sebagaimana telah tetap. Dari sana tidak masalah serapan pori-pori atau lubang luar tubuh atas minyak, celak, dan sisa air basuhan. Dengan demikian puasa tidak batal karenanya sekalipun serapan itu sampai ke rongga dalam tubuh karena tidak melalui rongga luar terbuka. Ini termasuk domain ma’fu. Tidak ada kemakruhan perihal ini tetapi hanya khilaful aula.
[منهاج القويم، صحفة ٢٤٦.]
.
Wallohu A'lamu Bisshowaab.
Jika ada yang hendak bertanya seputar puasa, silahkan tanyakan pada Kiai Abdul Wahab Ahmad beliau sedang membuka sesi tanya-jawab.
0 Komentar