Sumur Adzaq (بئر العذق) mata air kegembiraan. Terletak di sebelah barat (condong ke selatan) dari masjid Quba.
Dalam kitab Wafa al-Wafa’, Imam al- Samhudi menuturkan satu riwayat bahwa tatkala orang-orang Madinah mengetahui kabar hijrahnya Nabi dari kota Mekkah, mereka setiap harinya keluar rumah dan berkumpul di daerah yang disebut Al-Hurra. Kebiasaan itu selalu mereka lakukan berhari-hari, namun sosok yang mereka kagumi itu tak kunjung hadir di Madinah.
Sampai suatu hari, ketika mereka sudah kembali ke rumah masing-masing, tersiar kabar Rasulullah saw sudah sampai di batas kota Madinah. Kabar itu berasal dari seorang Yahudi yang melihat sosok yang memancarkan sinar keteduhan, sehingga ia tak sanggup berkata-kata.
Orang Yahudi itu hanya dapat memberikan isyarat tangan menunjuk ke satu arah sambil sesekali mengeluarkan kata terbata-bata: “SSssang.. ppp pujaan datang!”
Rasa rindu orang-orang Anshar kepada Rasulullah saw, membuat mereka tanpa pikir panjang bergegas keluar rumah menuju ke daerah yang ditunjuk lelaki Yahudi itu. Mereka paham betul yang dimaksud oleh lelaki Yahudi itu adalah Rasulullah Muhammad Saw.
Dengan mengacungkan senjata, menghentakkan kaki ke tanah, orang-orang Anshar melantunkan syair “thalaal badru” untuk menyambut Nabi. Mereka tidak langsung membawa Nabi memasuki kota Madinah, tetapi dipersilakan "pinarak" dulu di kediaman Bani Amr bin Auf yang di kelilingi deretan pohon kurma.
Rasulullah tak langsung masuk rumah melainkan memilih beristirahat di tengah kebun kurma, yang beliau sebut sebagai kebun al-mustazdaq. Abu Bakar dengan cekatan mengangkat surbannya dan membentangkannya di atas tempat duduk Kanjeng Nabi. Tujuannya supaya sinar matahari yang menembus dedahanan kurma tidak menyilaukannya dari pandangan orang-orang yang sedang mengerumuni beliau.
Tiba-tiba mata Rasulullah saw tertuju ke sebuah mata air yang mengalir bening di sebelah tempat duduknya. Beliaupun menunjuknya seraya berucap: “itu sumur Azdaq”. Mendengar hal itu orang Anshar pun bergegas mengambilkan air dari sumur Azdaq untuk sang junjungan.
Rasulullah saw tampak menyukai kebun al-mustazdaq yang dialiri air dari sumur Azdaq. Masyarakat Anshar pun bahagia dan menganggap tempat ini diberkahi karena kegembiraan Rasulullah saw dengan adanya sumur Azdaq.
0 Komentar